Iklim Kota Ambon: Antara Musim dan Tantangan

22 Desember 2024

By: Muhammad Caesar Wira

Open Project

Caesar_Final Projek_Provinsi Maluku

Ambon

Pendahuluan

1.1. Abstrak

Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, memiliki iklim yang dipengaruhi oleh letak astronomis dan geografisnya. Secara astronomis, Kota Ambon beriklim tropis dengan dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sementara itu, secara geografis, Kota Ambon terletak di Pulau Ambon, sebuah pulau kecil di wilayah Kepulauan Maluku. Posisi geografis ini menyebabkan Kota Ambon memiliki tingkat curah hujan yang cukup tinggi, terutama pada bulan-bulan tertentu, yakni antara Mei hingga Agustus. Oleh karena itu, Kota Ambon memiliki pola iklim musiman yang dikenal sebagai iklim musim.

1.2. Latar Belakang

Ambon, ibu kota Provinsi Maluku yang terletak di Pulau Ambon, memiliki iklim tropis dengan dua musim: hujan dan kemarau. Hal ini disebabkan oleh letak astronomisnya yang dekat dengan garis khatulistiwa. Selain itu, iklim di Kota Ambon juga dipengaruhi oleh letak geografisnya di Pulau Ambon, yang dikelilingi Laut Banda, Pulau Seram, dan beberapa pulau kecil di Maluku Tengah. Akibatnya, curah hujan di wilayah ini cukup tinggi, dengan puncaknya antara Mei hingga Agustus setiap tahun. Karena pola ini terjadi secara teratur, iklim di Kota Ambon dikategorikan sebagai iklim musim.

Meskipun memiliki pola curah hujan yang tinggi, Kota Ambon tidak lepas dari bencana alam akibat cuaca ekstrem, seperti banjir dan tanah longsor, yang menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Sebaliknya, saat curah hujan rendah, Ambon menghadapi kekeringan pada sumber mata air tertentu. Kebakaran hutan juga menjadi masalah, dengan Kota Ambon kadang terkena dampak asap dari kebakaran di Pulau Seram. Perubahan iklim global menjadi salah satu faktor utama yang membuat kondisi cuaca di Ambon semakin sulit diprediksi.

Metode Penelitian

Maluku

Gambar 1 Demografi Provinsi Maluku

Kota Ambon

Gambar 2 Demografi Kota Ambon

Maluku

Tabel 1 Data Wilayah di Provinsi Maluku

  1. 1.
    Jumlah Kecamatan dan Desa
  • Maluku Barat Daya memiliki jumlah kecamatan terbanyak (17), sedangkan Kota Ambon dan Kota Tual hanya memiliki 5 kecamatan.
  • Maluku Tengah memiliki jumlah desa terbanyak (190), diikuti oleh Seram Bagian Timur (198), dan Kota Tual memiliki jumlah desa paling sedikit (27).

2. Jumlah Penduduk

  • Seram Bagian Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak (211,714 pada 2020), diikuti oleh Maluku Tengah (427,548 pada 2020).
  • Maluku Barat Daya memiliki jumlah penduduk terendah (75,391 pada 2020).
  • Tren dari 2017 hingga 2020 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk di semua kabupaten/kota.

3. Kepadatan Penduduk

  • Kota Ambon memiliki kepadatan penduduk tertinggi (1,078 orang/km² pada 2020), jauh lebih tinggi dibanding wilayah lainnya.
  • Maluku Barat Daya memiliki kepadatan penduduk terendah (15 orang/km² pada 2020).
  • Kepadatan penduduk relatif stabil dari 2017 hingga 2020 untuk sebagian besar wilayah.

4. Luas Wilayah

  • Maluku Tengah memiliki wilayah terluas (9,001.46 km²), sedangkan Kota Tual memiliki wilayah terkecil (275.615 km²).
  • Wilayah dengan luas besar seperti Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur cenderung memiliki kepadatan penduduk lebih rendah.

5. Korelasi

  • Wilayah dengan luas kecil seperti Kota Ambon dan Kota Tual cenderung memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi.
  • Wilayah dengan penduduk sedikit dan luas besar, seperti Maluku Barat Daya, memiliki kepadatan penduduk rendah.

Analisis dan Pembahasan

3.1. Analisis Jumlah Tempat Ibadah

Kota Ambon memiliki 54 tempat ibadah yang terdiri dari masjid dan gereja yang tersebar di setiap wilayahnya. Berikut jumlah tempat ibadah per jenis:

  • Masjid: 27
  • Gereja (Kristen): 25
  • Gereja (Katolik): 2
Tempat Ibadah

Gambar 3 Poin Tempat Ibadah di Kota Ambon

3.2. Analisis Jumlah Restoran

Kota Ambon memiliki 723 restoran yang terdiri dari seafood, local food, import food, beverage, snack, dan lain sebagainya yang tersebar di setiap wilayahnya.

Restoran

Gambar 4 Poin Restoran Kota Ambon

3.3. Analisis Wilayah Bahaya atau Terancam Banjir, Tsunami, dan Tanah Longsor di Kota Ambon

  1. 1.
    Banjir

Kota Ambon memiliki kondisi geografis yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan lembah dengan jaringan sungai yang banyak. Ancaman banjir sering terjadi di daerah:

  • Kawasan lembah dan sekitar sungai, seperti sepanjang Sungai Batu Gantung dan Sungai Passo.
  • Wilayah pesisir kota, terutama kawasan Waihaong dan Silale, rentan mengalami banjir rob akibat kenaikan air laut.

Faktor penyebab:

  • Curah hujan tinggi, terutama pada musim hujan.
  • Penurunan fungsi daerah resapan air akibat urbanisasi.
  • Tersumbatnya drainase perkotaan.
Banjir

Gambar 5 Wilayah Rawan Banjir

2. Tsunami

Kota Ambon termasuk wilayah rawan tsunami karena letaknya di zona tektonik aktif dengan aktivitas seismik tinggi.

  • Wilayah pesisir seperti Galala, Passo, Latuhalat, dan Poka memiliki risiko tinggi.
  • Ancaman ini dipicu oleh aktivitas gempa bawah laut di sekitar Laut Banda.

Upaya mitigasi:

  • Pengadaan jalur evakuasi di sepanjang pesisir.
  • Pemasangan early warning system tsunami di beberapa titik.
Tsunami

Gambar 6 Wilayah Rawan Tsunami

3. Tanah Longsor

Tanah longsor menjadi ancaman di wilayah perbukitan Kota Ambon, seperti:

  • Kawasan Batu Gantung, Kudamati, dan Gunung Nona.
  • Daerah-daerah lain dengan lereng curam dan tanah berstruktur lemah.

Faktor penyebab:

  • Erosi akibat hujan deras.
  • Pembangunan pemukiman di lereng tanpa perkuatan struktur tanah.
  • Penebangan pohon yang mengurangi vegetasi penahan tanah.
Tanah Longsor

Gambar 7 Wilayah Rawan Tanah Longsor

Kesimpulan:

  • Kota Ambon menghadapi ancaman bencana multi-hazard (banjir, tsunami, dan tanah longsor) yang memerlukan pendekatan terpadu dalam penanganan.
  • Pemerintah daerah perlu meningkatkan edukasi masyarakat, memperkuat infrastruktur mitigasi bencana, dan menerapkan perencanaan tata ruang yang berwawasan lingkungan untuk mengurangi risiko.

Sumber

https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_paperinfo_lnk.php?id=1495 (Pendahuluan)

Data Publikasi

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

105 dilihat

1 Data

1 Proyek

Final Project : Analisis Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan tingkat pertama di Kota Serang

Kesehatan

12 Jun 2025

Kireyna Fayza Azzahra

Final Project : Analisis Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan tingkat pertama di Kota Serang

Keterjangkauan fasilitas kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan nilai kesejahteraan suatu daerah.

12 menit baca

104 dilihat

1 Proyek

TRAVELIN: Integrasi Pariwisata dan Kebencanaan Berbasis Spasial di Kabupaten Semarang

Pariwisata

11 Jun 2025

Joko Prasetyo

TRAVELIN: Integrasi Pariwisata dan Kebencanaan Berbasis Spasial di Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang memiliki potensi pariwisata besar namun juga rawan bencana seperti banjir dan tanah longsor, terutama di kawasan KPPK 2. Penelitian "TRAVELIN" bertujuan mengintegrasikan data pariwisata berbasis 4A dengan data spasial kebencanaan untuk mendukung pengelolaan wisata yang aman dan berkelanjutan. Analisis spasial menggunakan GIS digunakan untuk memetakan objek wisata dan area rawan bencana sebagai dasar perencanaan mitigasi dan pengambilan keputusan.

27 menit baca

1601 dilihat

1 Proyek

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Pariwisata

09 Mei 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 menit baca

631 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot