Pendahuluan
1.1. Abstrak
Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, memiliki iklim yang dipengaruhi oleh letak astronomis dan geografisnya. Secara astronomis, Kota Ambon beriklim tropis dengan dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sementara itu, secara geografis, Kota Ambon terletak di Pulau Ambon, sebuah pulau kecil di wilayah Kepulauan Maluku. Posisi geografis ini menyebabkan Kota Ambon memiliki tingkat curah hujan yang cukup tinggi, terutama pada bulan-bulan tertentu, yakni antara Mei hingga Agustus. Oleh karena itu, Kota Ambon memiliki pola iklim musiman yang dikenal sebagai iklim musim.
1.2. Latar Belakang
Ambon, ibu kota Provinsi Maluku yang terletak di Pulau Ambon, memiliki iklim tropis dengan dua musim: hujan dan kemarau. Hal ini disebabkan oleh letak astronomisnya yang dekat dengan garis khatulistiwa. Selain itu, iklim di Kota Ambon juga dipengaruhi oleh letak geografisnya di Pulau Ambon, yang dikelilingi Laut Banda, Pulau Seram, dan beberapa pulau kecil di Maluku Tengah. Akibatnya, curah hujan di wilayah ini cukup tinggi, dengan puncaknya antara Mei hingga Agustus setiap tahun. Karena pola ini terjadi secara teratur, iklim di Kota Ambon dikategorikan sebagai iklim musim.
Meskipun memiliki pola curah hujan yang tinggi, Kota Ambon tidak lepas dari bencana alam akibat cuaca ekstrem, seperti banjir dan tanah longsor, yang menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Sebaliknya, saat curah hujan rendah, Ambon menghadapi kekeringan pada sumber mata air tertentu. Kebakaran hutan juga menjadi masalah, dengan Kota Ambon kadang terkena dampak asap dari kebakaran di Pulau Seram. Perubahan iklim global menjadi salah satu faktor utama yang membuat kondisi cuaca di Ambon semakin sulit diprediksi.
Metode Penelitian
Gambar 1 Demografi Provinsi Maluku
Gambar 2 Demografi Kota Ambon
Tabel 1 Data Wilayah di Provinsi Maluku
-
1.Jumlah Kecamatan dan Desa
- Maluku Barat Daya memiliki jumlah kecamatan terbanyak (17), sedangkan Kota Ambon dan Kota Tual hanya memiliki 5 kecamatan.
- Maluku Tengah memiliki jumlah desa terbanyak (190), diikuti oleh Seram Bagian Timur (198), dan Kota Tual memiliki jumlah desa paling sedikit (27).
2. Jumlah Penduduk
- Seram Bagian Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak (211,714 pada 2020), diikuti oleh Maluku Tengah (427,548 pada 2020).
- Maluku Barat Daya memiliki jumlah penduduk terendah (75,391 pada 2020).
- Tren dari 2017 hingga 2020 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk di semua kabupaten/kota.
3. Kepadatan Penduduk
- Kota Ambon memiliki kepadatan penduduk tertinggi (1,078 orang/km² pada 2020), jauh lebih tinggi dibanding wilayah lainnya.
- Maluku Barat Daya memiliki kepadatan penduduk terendah (15 orang/km² pada 2020).
- Kepadatan penduduk relatif stabil dari 2017 hingga 2020 untuk sebagian besar wilayah.
4. Luas Wilayah
- Maluku Tengah memiliki wilayah terluas (9,001.46 km²), sedangkan Kota Tual memiliki wilayah terkecil (275.615 km²).
- Wilayah dengan luas besar seperti Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur cenderung memiliki kepadatan penduduk lebih rendah.
5. Korelasi
- Wilayah dengan luas kecil seperti Kota Ambon dan Kota Tual cenderung memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi.
- Wilayah dengan penduduk sedikit dan luas besar, seperti Maluku Barat Daya, memiliki kepadatan penduduk rendah.
Analisis dan Pembahasan
3.1. Analisis Jumlah Tempat Ibadah
Kota Ambon memiliki 54 tempat ibadah yang terdiri dari masjid dan gereja yang tersebar di setiap wilayahnya. Berikut jumlah tempat ibadah per jenis:
- Masjid: 27
- Gereja (Kristen): 25
- Gereja (Katolik): 2
Gambar 3 Poin Tempat Ibadah di Kota Ambon
3.2. Analisis Jumlah Restoran
Kota Ambon memiliki 723 restoran yang terdiri dari seafood, local food, import food, beverage, snack, dan lain sebagainya yang tersebar di setiap wilayahnya.
Gambar 4 Poin Restoran Kota Ambon
3.3. Analisis Wilayah Bahaya atau Terancam Banjir, Tsunami, dan Tanah Longsor di Kota Ambon
-
1.Banjir
Kota Ambon memiliki kondisi geografis yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan lembah dengan jaringan sungai yang banyak. Ancaman banjir sering terjadi di daerah:
- Kawasan lembah dan sekitar sungai, seperti sepanjang Sungai Batu Gantung dan Sungai Passo.
- Wilayah pesisir kota, terutama kawasan Waihaong dan Silale, rentan mengalami banjir rob akibat kenaikan air laut.
Faktor penyebab:
- Curah hujan tinggi, terutama pada musim hujan.
- Penurunan fungsi daerah resapan air akibat urbanisasi.
- Tersumbatnya drainase perkotaan.
Gambar 5 Wilayah Rawan Banjir
2. Tsunami
Kota Ambon termasuk wilayah rawan tsunami karena letaknya di zona tektonik aktif dengan aktivitas seismik tinggi.
- Wilayah pesisir seperti Galala, Passo, Latuhalat, dan Poka memiliki risiko tinggi.
- Ancaman ini dipicu oleh aktivitas gempa bawah laut di sekitar Laut Banda.
Upaya mitigasi:
- Pengadaan jalur evakuasi di sepanjang pesisir.
- Pemasangan early warning system tsunami di beberapa titik.
Gambar 6 Wilayah Rawan Tsunami
3. Tanah Longsor
Tanah longsor menjadi ancaman di wilayah perbukitan Kota Ambon, seperti:
- Kawasan Batu Gantung, Kudamati, dan Gunung Nona.
- Daerah-daerah lain dengan lereng curam dan tanah berstruktur lemah.
Faktor penyebab:
- Erosi akibat hujan deras.
- Pembangunan pemukiman di lereng tanpa perkuatan struktur tanah.
- Penebangan pohon yang mengurangi vegetasi penahan tanah.
Gambar 7 Wilayah Rawan Tanah Longsor
Kesimpulan:
- Kota Ambon menghadapi ancaman bencana multi-hazard (banjir, tsunami, dan tanah longsor) yang memerlukan pendekatan terpadu dalam penanganan.
- Pemerintah daerah perlu meningkatkan edukasi masyarakat, memperkuat infrastruktur mitigasi bencana, dan menerapkan perencanaan tata ruang yang berwawasan lingkungan untuk mengurangi risiko.
Sumber
https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_paperinfo_lnk.php?id=1495 (Pendahuluan)