Analisis Potensi bencana banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis pada industri di Kota Semarang jawa Tengah

04/02/2025 • Maulana kusuma Atmaja

Analisis Potensi bencana banjir menggunakan sistem informasi geografis pada industri di Kota Semarang jawa Tengah


Poster parameter banjir
Poster parameter banjir

Abstrak

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, termasuk di Kota Semarang, yang memiliki potensi banjir tinggi akibat curah hujan yang tinggi, kondisi topografi, serta faktor lingkungan lainnya. Keberadaan industri di daerah rawan banjir menimbulkan risiko besar terhadap perekonomian dan stabilitas bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerawanan banjir di kawasan industri Kota Semarang menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode yang digunakan meliputi analisis overlay terhadap berbagai parameter banjir, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan kerapatan sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah industri berada dalam kategori rawan banjir tinggi dan sangat tinggi, dengan 518 industri terdampak. Sektor manufaktur menjadi sektor paling dominan di area rawan banjir, diikuti oleh sektor pertanian dan agroindustri, pengolahan limbah, konstruksi, energi dan utilitas, serta teknologi dan inovasi. Dengan kondisi ini, strategi mitigasi yang lebih baik sangat diperlukan, termasuk penerapan konsep Green Waterfront City, yang mengusulkan pengelolaan ekosistem berbasis infrastruktur hijau seperti hutan bakau, tanggul buatan, dan sistem drainase adaptif. Implementasi strategi ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan industri dan masyarakat terhadap dampak banjir serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Kata kunci: Banjir, Sistem Informasi Geografis (SIG), industri, mitigasi, Kota Semarang, Green Waterfront City.

PENDAHULUAN

Bencana banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba-tiba dengan perioditas yang tidak menentu, kecuali daerah-daerah yang sudah menjadi langganan terjadinya banjir. Setidaknya ada beberapa faktor penting yang menjadi penyebab terjadinya banjir di Indonesia diantaranya faktor kemiringan lereng dan ketinggian lahan suatu daerah, faktor jenis tanah dan penggunaan lahannya, kerapatan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan curah hujan yang tinggi membuat suatu daerah akan rawan bencana banjir. (Segah, dkk 2022)

Industri merupakan Bagian krusial dalam pengembangan ekonomi suatu daerah. Setiap daerah mempunyai bidang usaha untuk menggerakkan roda ekonomi. Seiring berkembangnya zaman, revolusi industri menjadi zaman yang di kenang dalam Sejarah Dimana berbagai aspek berubah seperti kemajuan teknologi, sosial, lapangan kerja dan kehidupan manusia. Industri menjadi peran utama ekonomi yang berpengaruh signifikan pada inovasi, kreatifitas, kemajuan teknologi dan transformasi ekonomi. Seiring berkembanhnya zaman, peningkatan teknologi untuk kemajuan industri menjadi peran penting. Industri teknologi tinggi memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi regional, mendorong inovasi, peningkatan produktivitas, dan memengaruhi penyesuaian dan transformasi structural (jibin 2023).

Semarang merupakan ibukota dari provinsi jawa Tengah. Sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah semarang memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Kota semarang memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021). Walaupun begitu, perlu adanya persiapan dan perencanaan matang dalam pengambilan Keputusan evakuasi dini serta perencanaan Pembangunan. Apabila tidak adanya Tindakan serta Keputusan yang tidak tepat dapat menjadikan bencana yang lebih parah.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu cara dalam proses pemetaan, termasuk pembuatan peta kerawanan banjir yang menjadi fokus penelitian ini. Kerawanan banjir dapat diidentifikasi secara cepat, mudah dan akurat melalui SIG dengan menggunakan metode tumpang susun/overlay terhadap parameter- parameter banjir, seperti : kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, penutupan lahan dan kerapatan Sungai (Segah, dkk 2022). Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan penentuan Tingkat kerentanan banjir pada setiap industri serta dapat menganalisis dan memperoleh informasi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang sering menjadi sasaran banjir.

METODE PENELITIAN

Sistem informasi geografis merupakan sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengumpulan, pengorganisasian, pengelolaan, analisis, dan penyajian informasi yang terletak secara geografis (Godchild 1988). Sistem tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai sektor. Di era saat ini, kebutuhan akan analisis spasial serta data spasial di anggap penting karena punya dampak yang signifikan di berbagai bidang. Oleh karena itu, kebutuhan untuk memitigasi bencana juga bisa dilakukan melalui sistem GIS ini guna memitigasi dini. Penelitian ini menggunakan software Arcgis pro untuk meng-overlay data

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi area dengan Tingkat kerentanan banjir yang berdampak kepada aktivitas ekonomi dalam hal ini industri. Di era saat ini, industri memegang peran penting dalam perputaran ekonomi. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu UMKM dalam memilih Lokasi untuk meminimalisir bahaya akan bencana banjir.

Bencana banjir dapat diketahui melalui beberapa parameter yaitu; kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan tahunan, kerapatan aliran Sungai dan penggunaan lahan. Parameter tersebut digunakan untuk memprediksi daerah yang rawan banjir berdasarkan 5 kategori; Sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan Sangat tinggi.

Tabel Kebutuhan data

Alur penelitian; Pengumpulan data (titik industri serta data parameter) -> input data parameter -> melakukan skoring melalui software Arcgis pro -> Intersect data (overlay seluruh data parameter) -> klasifikasi area rawan banjir -> input titik Lokasi industri di kota semarang -> spasial join -> OUTPUT KLASIFIKASI INDUSTRI RAWAN BANJIR

Tabel klasifikasi kemiringan lereng

Sumber; Peraturan Direktur Jenderal PDASHL, Nomor: P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018

Tabel klasifikasi jenis tanah

Sumber; Asdak (1995) Hidrologi Pengolahan Daerah Aliran Sungai dalam Darmawan et al. (2017)

tabel klasifikasi curah hujan per tahun

Sumber; Sholahuddin (2015)

tabel penggunaan lahan

Sumber; Peraturan Direktur Jenderal PDASHL, No.: P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018

Tabel kerapatan aliran

Sumber; : Lynsley (1975)

Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital terhadap masing- masing parameter yang berpengaruh terhadap banjir, dengan didasarkan atas pertimbangan masing- masing parameter terhadap kejadian banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut maka bobot yang diberikan semakin besar (Segah 2022). Ketika pemberian skor pada setiap data parameter sudah dilakukan, maka selanjutnya melakukan pemberian bobot dengan cara hasil dari penjumlahan skor di kali dengan skor pada tabel pembobotan. Berikut ini merupakan Tabel pembobotan;

pembobotan

Sumber; : Nisarto (2016)

Data parameter yang sudah di lakukan pemberian skor dan pembobotan, akan dilakukan overlay data. Overlay merupakan proses menumpangsusunkan beberapa peta sehingga diporelah beberapa unit lahan (Segah 2022). Adapun Data yang dioverlay yaitu peta kelerengan, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta penutupan lahan dan peta kerapatan Sungai. Teknik ini dilakukan dengan bantuan

software Arcgis pro 3.1.5 .

Analisis pada penelitian ini berfokus pada penentuan daerah rawan banjir di daerah semarang yang nantinya di olah kembali menjadi klasifikasi industri rawan bencana banjir di kota semarang jawa Tengah. Penentuan area dengan klasifikasi rentan banjir diperoleh dari hasil pembobotan setiap satuan lahan pada data parameter. Hasil tersebut di kelaskan berdasarkan penentuan nilai interval menurut Nisarto (2016);

K=(JT-JR)/JK

Dimana :

K = Interval Kelas

JT = Jumlah Tertinggi (Bobot x Skor Tertinggi setiap Parameter)

JR = Jumlah Terendah (Bobot x Skor Terendah Setiap Parameter)

JK = Jumlah Kelas

Berdasarkan hasil perhitungan berikut merupakan klasifikasi banjir;

tabel hasil perhitungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data parameter diperoleh bahwa kelas banjir didapat menjadi 4 kelas yakni; Rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Tingkat banjir yang mendominasi area kota Semarang ialah Tinggi dengan Luas 212,7 Km2 disusul dengan Kelas sangat tinggi dengan luasan 95,3 Km2 lalu kelas sedang seluas 52,53 Km2dan terakhir, kelas rendah dengan luas 0,96 Km2. Hal ini menunjukkan area kota semarang memiliki potensi yang tinggi akan bencana banjir. Selain itu, Kota semarang juga rentan terkena Banjir rob.

Daerah yang dipilih untuk terbangunnya industry banyak yang berada di daerah dengan Kelas tinggi. Terdapat 329 industri yang berada di daerah tinggi akan bencana banjir disusul dengan 189 industri yang berada di daerah Sangat tinggi banjir dan sebanyak 26 industri berada pada Tingkat sedang. Sektor Perusahaan yang ada di Kota semarang yang paling banyak merupakan sektor manufaktur dengan jumlah 371 industri disusul dengan pertanian dan agro industri sebanyak 53 kemudian sektor pengolahan limbah dengan jumlah 40 industri, sektor konstruksi sebanyak 37 industri, sektor energi dan utilitas 36 industri dan sektor teknologi dan inovasi sebanyak 10 industri.

Perusahaan manufaktur di daerah rawan banjir, seperti di Jakarta dan Semarang, mengembangkan strategi adaptasi berdasarkan rutinitas dan kemampuan dinamis mereka. Perusahaan yang lebih besar cenderung beradaptasi lebih efektif karena sumber daya dan kemampuan yang lebih unggul, sementara perusahaan yang lebih kecil mengalami kesulitan, sehingga mengancam kelangsungan hidup dan kontribusi ekonomi mereka terhadap wilayah tersebut (Neise 2019).

Berikut merupakan jumlah sektor industri di kota Semarang 2025;

chart mapid

Berikut merupakan sektor industri dengan Tingkat kerawanan banjir di kota semarang 2025;

tabel mapid

Hasil analisis berdasarkan sektor industri melalui metode spatial join didapatkan bahwa sektor manufaktur merupakan industri terbanyak di kota semarang dengan Tingkat kerawanan banjir sangat tinggi dan tinggi walaupun terdapat 17 industri yang berada diarea dengan Tingkat sedang. Walaupun industri besar mampu cepat beradaptasi untuk memitigasi bencana banjir, tetap saja industri kecil ataupun UMKM juga terdampak bencana. Hal utama yang perlu juga dipertimbangkan terkait dengan dampak Pembangunan industri terhadap lingkungan. Pengaruh Pembangunan serta operasional industri juga perlu diperhatikan

Strategi adaptasi banjir perusahaan di kota-kota pesisir Indonesia dapat memengaruhi pembangunan ekonomi regional, dengan Jakarta menunjukkan ketahanan dan Semarang sebagai kota yang resistan. Strategi adaptasi perusahaan memiliki implikasi yang lebih luas bagi pembangunan ekonomi regional. Di Semarang, pembangunan regional masih dalam fase resistensi, dengan risiko transisi ke fase keruntuhan jika langkah-langkah adaptasi tidak ditingkatkan. Hal ini berbeda dengan Jakarta, di mana pergeseran menuju ketahanan terlihat. (Neise 2018)

Pertimbangan pembangunan industri dalam mengatasi bencana banjir menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usulan tentang Konsep waterfront city menjadi saran yang tepat guna mengambil pertimbangan dalam mitigasi bencan banjir. Waterfront city (Kota tepi air hijau) merupakan pendekatan inovatif terhadap perencanaan kota yang bertujuan untuk mengurangi risiko banjir, khususnya di wilayah yang rawan banjir pasang surut. Pendekatan ini memadukan Green infrastracture (GI) dan desain kota berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan terhadap banjir sekaligus memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kota Tepi Air Hijau, yang menggabungkan hutan bakau, tanggul buatan, dan perumahan amfibi, dapat mengurangi banjir pasang dan dampak negatifnya terhadap lingkungan di wilayah pesisir utara Semarang. Untuk mengatasi banjir rob, konsep Green Waterfront City telah diusulkan untuk wilayah utara Semarang. Konsep ini meliputi pengembangan hutan bakau dan infrastruktur ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan ketahanan masyarakat. (Hanif, Dkk 2023)

KESIMPULAN

Penelitian ini mengkaji potensi bencana banjir di kawasan industri Kota Semarang menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengidentifikasi tingkat kerawanan dan distribusi industri yang berisiko terdampak. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah industri berada pada kategori kerawanan banjir tinggi dan sangat tinggi, dengan luas area terdampak yang signifikan. Dari total industri yang dianalisis, sebanyak 518 industri berada di zona rawan banjir, dengan sektor manufaktur menjadi yang paling dominan, diikuti oleh sektor pertanian dan agroindustri, pengolahan limbah, konstruksi, energi dan utilitas, serta teknologi dan inovasi. Temuan ini mengindikasikan bahwa banjir tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada stabilitas ekonomi dan keberlangsungan industri di Kota Semarang. Oleh karena itu, diperlukan strategi adaptasi yang lebih baik, seperti penerapan kebijakan mitigasi berbasis teknologi dan perencanaan tata ruang yang lebih berkelanjutan. Salah satu solusi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah konsep Green Waterfront City, yang mengintegrasikan infrastruktur hijau dan pengelolaan ekosistem alami, seperti hutan bakau, tanggul buatan, serta perumahan amfibi, guna meningkatkan ketahanan kota terhadap banjir. Dengan perencanaan yang matang dan kebijakan mitigasi yang tepat, diharapkan industri di Kota Semarang dapat tetap berkembang secara berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Segah, H., Liano, A., Yulianto, S., Setiarno., Egoe Y.C. (2022). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis Pada DAS Kahayan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Journal of Peat Science and Innovation, 1(1), pp16-.

Jibin, X. (2023). Penelitian tentang Dampak Pengembangan Industri Berteknologi Tinggi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional. Teknik Industri dan Manajemen Inovasi . https://doi.org/10.23977/ieim.2023.060902 .

Rwehumbiza, D., & Sakijege, T. (2021). Manfaat ekonomi dan aspek geografis perilaku bisnis. Keputusan manajemen . https://doi.org/10.1108/md-06-2020-0732 .

Goodchild, M. (1988). Geographic information systems. Progress in Human Geography, 15, 194 - 200. https://doi.org/10.1177/030913259101500205.

Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Nomor:P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018. Tentang : Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis

Sholahuddin, M. 2015. SIG Untuk Memetakan Daerah Banjir Dengan Metode Skoring Dan Pembobotan (Studi Kasus Kabupaten Jepara). Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro

Semarang. Semarang

Nisarto, F. 2016. Pemetaan Kerawanan Banjir Daerah Aliran Sungai Tangka. Skripsi. Fakultas Kehutanan.Universitas Hasanuddin. Makassar.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Neise, T., & Diez, J. (2019). Adapt, move or surrender? Manufacturing firms’ routines and dynamic capabilities on flood risk reduction in coastal cities of Indonesia. International Journal of Disaster Risk Reduction. https://doi.org/10.1016/J.IJDRR.2018.10.018.

Neise, T. (2018). Strategi adaptasi perusahaan terhadap banjir dan potensi implikasinya terhadap pembangunan ekonomi regional – Wawasan dari Jakarta dan Semarang, Indonesia.

Hanif, I., Pudyastuti, P., Sulaiman, M., & Aisyah, S. (2023). Green Waterfront City, Perspektif Masa Depan Kota Berkelanjutan di Kawasan Rawan Banjir Rob di Semarang Utara. Dinamika Teknik Sipil : Majalah Ilmiah Teknik Sipil . https://doi.org/10.23917/dts.v16i2.23274 .

Data Publications