Saya sering melakukan perjalanan bisnis dari Bandung ke Jakarta dan selalu mengandalkan transportasi publik. Setiap minggu, ada saja alasan untuk bolak-balik: mulai dari meeting dengan klien hingga menghadiri acara komunitas. Saya menikmati perjalanan dengan bus, kereta api, sampai mencoba kereta cepat terbaru. Namun di balik semua cerita seru di perjalanan, ada satu tantangan yang terus muncul berulang kali: kebingungan memahami jaringan transportasi yang rumit di sepanjang rute Bandung-Jakarta.
Tantangan Perjalanan
Kenapa bisa bingung? Bayangkan, setiap moda transportasi punya peta rute masing-masing yang dibuat terpisah. Bus antar-kota seperti Primajasa punya trayek sendiri, travel shuttle semacam Cititrans/Jackal memiliki rute titik-ke-titik tersendiri, kereta api KAI Argo Parahyangan menampilkan jalur relnya sendiri, dan kini kereta cepat Whoosh juga membawa peta stasiun yang berbeda lagi. Masing-masing peta ini biasanya berupa diagram terpisah. Alhasil, sulit membayangkan secara kartografis bagaimana koneksi antar moda tersebut bekerja. Saya seperti harus menyusun kepingan puzzle setiap kali merencanakan perjalanan: membuka peta bus, lalu membayangkan di mana letak stasiun kereta, dan seterusnya. Terdengar ribet, kan? Memang, tanpa integrasi peta, perencanaan perjalanan multi-moda bisa bikin pusing.
Naik Apa Aja Dari Bandung-Jakarta?
Naik Bus (Dekat, Cepat, Nyaman, Tidak Pasti)
Untuk mengatasi kebingungan awal saat merencanakan perjalanan Bandung-Jakarta, saya mulai dengan memetakan titik-titik naik dan turun dari berbagai moda transportasi yang saya gunakan. Misalnya, bus Primajasa jurusan Bandung-Jakarta(cililitan) atau Bandung-Lebak Bulus biasanya berangkat dari Terminal Leuwipanjang, namun saya justru selalu naik di Gerbang Tol Pasir Koja atau Rest Area 125 Arah Jakarta. Saya tau ini dari orang tua saya yang juga dulu pengguna aktif bus primajasa arah Jakarta. Secara kenyamanan sebetulnya bus ini jauh lebih baik dari travel namun ke-tidak pastian waktu dan bau rokok dari kursi belakang yang sekatnya kurang kedap menjadi faktor kenapa bus kurang diminati masyarakat umum.
Naik Travel (Jauh, Cepat, Tidak Nyaman, Pasti)
Lalu ada travel shuttle seperti Cititrans atau Jackal, dengan pool keberangkatan di Bandung (misalnya di Dipatiukur atau Pasteur) dan drop point di Jakarta (seperti dekat SCBD atau dekat MRT Fatmawati). Dikarenakan lokasi pool yang jauh dari rumah dan kantor, maka saya perlu memikirkan waktu dan biaya ke pool. Dan saya sendiri bukan pengguna travel aktif, karena suspensi yang ga nyaman terlebih ketika melewati toll MBZ yang jalannya ga rata.
Naik Kereta Api (Jauh, Lama, Nyaman, Pasti)
Moda kereta api Argo Parahyangan tentunya berangkat dari Stasiun Bandung dan tiba di Stasiun Gambir, Jakarta. Namun semenjak adanya woosh jadwal keberangkatan kereta ini jadi sangat sedikit dan berangkat di jam-jam yang belum tentu sesuai dengan agenda meeting di Jakarta. Selain itu, saya membutuhkan 30 menit perjalanan dari rumah/kantor ke stasiun, dan 3 jam perjalanan dari Bandung ke Jakarta dan kebalikanya.
Naik Woosh (Jauh, Super Cepat, Nyaman, Pasti)
Terakhir, kereta cepat Whoosh menghubungkan Stasiun Padalarang (Bandung) dengan Stasiun Halim (Jakarta) hanya dalam 30 menit. Whoosh adalah moda transportasi yang paling sering saya gunakan ketika berpergian sendiri atau berdua dengan tim bisnis, dengan pertimbangan stasiun padalarang yang cukup jauh dari kantor meskipun langsung melalui toll dan harga tiket yang fluktuativ.
Dengan memplot semua titik keberangkatan dan kedatangan ini ke dalam satu peta, saya bisa melihat sebaran lokasi secara jelas. Peta terpadu membantu saya membayangkan opsi mana yang paling efisien untuk titik awal dan akhir perjalanan. Contohnya, jika meeting saya di sekitar Jakarta Pusaat, kereta Argo Parahyangan yang berakhir di Gambir akan sangat praktis. Sebaliknya, jika tujuan saya di Jakarta Selatan, mungkin lebih nyaman turun di Lebak Bulus dengan bus atau travel. Visualisasi geospasial semacam ini memberi insight instan yang sulit didapat hanya dari membaca jadwal atau rute tertulis.
Peta di atas memperlihatkan lokasi titik-titik naik dan turun di rute Bandung-Jakarta untuk berbagai moda transportasi publik. Dengan melihat peta tersebut, kita dapat langsung memahami di mana letak terminal bus, stasiun kereta, maupun pool travel di kedua kota. Semua titik berkumpul dalam satu tampilan sehingga memudahkan perencanaan perjalanan antar kota secara efisien tanpa harus berganti-ganti peta.
Kesulitan Navigasi di Jakarta
Perjalanan tidak berhenti ketika sudah tiba di Jakarta; tantangan berikutnya justru dimulai saat saya harus navigasi dalam kota. Sesampainya di Jakarta, saya masih harus berpindah moda transportasi untuk mencapai lokasi meeting berikutnya. Di sinilah saya kembali dihadapkan pada keruwetan peta: KRL Commuter Line, MRT Jakarta, LRT, hingga BRT TransJakarta semuanya punya peta jaringan sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain. Sebagai pendatang yang rutin tapi tetap bukan warga lokal Jakarta, saya kadang kewalahan memahami bagaimana satu moda terhubung dengan moda lainnya.

Misalnya, peta KRL hanya menampilkan jalur kereta komuter beserta stasiun-stasiunnya, tapi tidak menunjukkan di mana letak stasiun MRT atau halte TransJakarta di dekatnya. Begitu juga peta MRT atau LRT, yang umumnya berupa diagram line yang terisolasi. Pernah suatu kali saya turun KRL di Stasiun Sudirman dan hendak melanjutkan perjalanan dengan MRT dari Stasiun Dukuh Atas BNI. Karena peta KRL dan MRT terpisah, saya sempat ragu: apakah stasiun MRT tersebut cukup dekat untuk dijangkau dengan jalan kaki dari stasiun KRL? Ternyata memang dekat hanya terhubung melalui jembatan penyeberangan tapi informasi sederhana semacam ini tidak tampak jika kita hanya mengandalkan peta masing-masing moda. Jelas, kurangnya integrasi peta bisa membuat navigasi Jakarta jadi penuh tebakan.

Peta di atas memperlihatkan jalur KRL Commuter Line di Jakarta (ditandai dengan garis berwarna merah) beserta stasiun-stasiunnya (Titik Besar) yang saya integrasikan dengan jalur MRT, LRT, dan BRT.
Berkaca dari pengalaman-pengalaman di atas, saya ingin membuat solusi sederhana agar tidak ada lagi kebingungan dalam membaca peta transportasi. Solusinya adalah mengintegrasikan semua moda transportasi tersebut dalam satu peta interaktif di platform GEO MAPID.
Dengan kemampuan pemetaan digital, saya menggunakan fitur import jalur serta lokasi halte/stasiun untuk setiap moda: mulai dari KRL, MRT, LRT, TransJakarta (BRT), hingga digitasi titik moda antar-kota seperti bus Primajasa, travel shuttle, kereta Argo Parahyangan, dan kereta cepat Whoosh. Semua data ini ditumpang-susunkan (overlay) dalam satu peta basemap yang sama, sehingga membentuk gambaran utuh jaringan transportasi publik Jabodetabek dan sekitarnya.
Solusi Untuk Masalah Saya Sendiri
Melalui peta terpadu di MAPID, koneksi antar moda yang sebelumnya tidak kelihatan kini menjadi jelas. Kita bisa dengan mudah menemukan titik transit antarmoda terbaik. Sebagai contoh, platform MAPID menampilkan bahwa Stasiun KRL Sudirman, Stasiun MRT Dukuh Atas, dan halte TransJakarta Tosari berada di area yang berdekatan satu sama lain. Informasi yang sangat berharga untuk berpindah moda dengan mulus. Demikian pula, jika kita tiba di Stasiun Halim dengan kereta cepat, peta integrasi MAPID akan menunjukkan opsi moda lanjutan terdekat, seperti rute bus atau mungkin kelak LRT yang menjangkau area itu. Semua informasi disajikan secara geospasial, sehingga pengguna dapat melihat langsung di peta bagaimana jaringan transportasi saling terhubung.

Inilah tampilan peta interaktif GEO MAPID apabila di akses melalui mobile, yang menggabungkan berbagai moda transportasi publik di Jakarta dalam satu layar. Terlihat beragam jalur berwarna-warni yang merepresentasikan rute KRL, MRT, LRT, dan koridor TransJakarta, lengkap dengan ikon yang menandai lokasi stasiun maupun halte. Berkat integrasi ini, hubungan antar stasiun/halte dari moda berbeda dapat dipahami sekilas mata. Peta interaktif ini juga memungkinkan pengguna untuk mengklik setiap titik atau jalur guna mendapatkan informasi detail seperti nama stasiun, jalur mana saja yang melewatinya, hingga mungkin jadwal atau keterangan lain. Dengan kata lain, GEO MAPID menyatukan puzzle transportasi tersebut menjadi satu gambar besar yang utuh.
Anda Punya Masalah Yang Sama?
Sekarang, tidak ada lagi alasan untuk bingung ketika merencanakan perjalanan dari Bandung ke Jakarta (begitu pun rute-rute lainnya) dengan transportasi publik. Semua informasi rute dan jaringan sudah bisa diakses melalui platform MAPID. Saya mengajak Anda untuk langsung mencoba melihat peta integrasi moda transportasi ini di GEO MAPID. Silakan eksplor peta Bandung-Jakarta dan Jakarta lengkap dengan semua moda yang ada, dan temukan kemudahan dalam merencanakan rute perjalanan Anda sendiri.
Tak hanya itu, saya juga mengundang Anda bergabung ke komunitas transportasi publik MAPID melalui tautan WhatsApp berikut: . Di grup tersebut, Anda bisa berkontribusi dalam pembaruan data peta, berbagi pengalaman menggunakan transportasi publik, atau sekadar berdiskusi seputar peta dan geospasial. Yuk, bersama-sama kita wujudkan navigasi transportasi publik yang bebas rasa bingung!