Analisis market urban farm Jakarta Timur - Cakung
Pendahuluan
SDG no 11 yaitu "Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan" merupakan poin penting yang mendukung adanya pertanian perkotaan. konsep pertanian perkotaan merupakan upaya pembangunan berkelanjutan di perkotaan sebab dinilai mampu menjawab beberapa permasalahan sekaligus diantaranya
-
1.Peningkatan populasi di perkotaan
-
2.Terancamnya ruang terbuka hijau (RTH) semakin sedikit
-
3.panjangnya supply chain yang menyebabkan kualitas pangan menurun
Konsep dari urban farm ini memiliki manfaat tidak hanya mampu menjadikan suatu kota mandiri secara pangan, namun juga mampu memberdayakan masyarakat lokal melalui partisipasi, membuka lapangan kerja, hingga menyediakan akses masyarakat ke sumber makanan yang sehat.
Saat ini, urban farm telah banyak diadopsi di kota-kota maju. Di Indonesia sendiri, urban farm baru berkembang dan mulai diterapkan salah satunya di Provinsi DKI Jakarta. Telah ada komunitas yang mendukung konsep ini di Jakarta, dan pemerintah pusatpun telah menyiapkan grand design program pertanian perkotaan periode 2018-2030
Salah satu wilayah yang memiliki potensi pertanian kota yaitu di Jakarta Timur khususnya Kecamatan Cakung. Hal ini disebakan beberapa hal diantarnya yaitu
-
1.Jakarta timur memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan ketersediaan penduduk yang belum bekerja tertinggi diantara wilayah lainnya di Jakarta
-
2.masih terdapat lahan terbuka yang relatif lebih banyak (sawah, kebuh, lahan kosong)
-
3.Belum adanya kegiatan urban farming di cakung (gambar 2)
Data
Data yang digunakan meliputi
-
1.Zona impervious (jalan dan bangunan)
-
2.Zonasi Cakung
-
3.Penggunaan Lahan Cakung
-
4.Pusat Perbelanjaan dan Supermarket Cakung
-
5.Jumlah Penduduk
-
6.Harga Tanah
-
7.SINI mapid
-
8.Survei pengetahuan dan kesediaan masyarakat (willingness to pay/WTP) terhadap adanya konsep urban farm di Jakarta
Teknik Analisis
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan pemodelan kuantitatif berjenjang untuk menghasilkan layer kesesuaian lahan. Dimana parameter kesesuaian lahan meliputi jarak, zona impervious, pusat perbelanjaan dan supermarket di Cakung.
skoring dilakukan menggunakan skala likert. kemudian dilakukan pengkelasan
selanjutnya, hasil kesesuaian lahan divalidasi menggunakan google earth untuk double check ketersediaan lahan eksisting.
Analisis/pembahasan
1. Kesesuaian lahan
hasil kesesuaian lahan terbagi menjadi lahan sesuai dan sangat sesuai, adapun visualisasinya dapat di atur berdasarkan zona dan kegiatan eksisting (Gambar 4).
salah satu contoh penerapan dapat dilihat pada gambar 5 dan 6. Dimana keduanya merupakan wilayah sangat sesuai dan dekat dengan pusat perbelanjaan dan supermarket. Selain itu, berdasarkan zona dan lahan eksisting, diketahui kegitan urban farming dapat dilakukan di wilayah tersebut. Atas dasar analisa tersebut, suatu lahan dapat dinyatakan strategis dan menjadi rekomendasi.
Setelah penentuan lahan strategis, pengambilan keputusan dapat dilakukan dibantu dengan SINI untuk mengetahui data demografis terbaru (gambar 7). Analisis dengan SINI mampu menggambarkan struktur demografis (jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk), pekerjaan, hingga harga tanah.
2. survei pengetahuan dan kesediaan masyarakat
Survei dilakukan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang urban farm. Salah satu hal penting yang ditanyakan adalah kesediaan pengeluaran untuk membeli produk hasil urban farm, jarak radius retail hasil urban farm yang strategis dari rumah, dan kendaraan. Variabel-variabel tersebut kemudian dapat divisualisasikan seperti gambar 8 dan 9.
kesediaan pengeluaran responden untuk produk urban farm memiliki variasi, sedangkan jangkauan radius strategis di cakung rata-rata <1km. meskipun demikian, data survei ini masih terus terupdate. Data yang terus terupdate ini dapat memudahkan pembisnis untuk menentukan pembukaan bisnis urban farming baru, maupun pembukaan cabang baru dengan pertimbangan-pertimbangan spasial.