PENDAHULUAN
Perairan sekitar pusat informasi mangrove Pekalongan secara administrasi terletak di Kecamatan Kandang Panjang, Kota Pekalongan dan terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Perairan ini merupakan tempat aktivitas perikanan dan tempat destinasi wisasta mangrove. Area lahan di sekitar pantai ini terdapat kawasan tambak, ekowisata dan pemukiman penduduk. Perairan ini ialah salah satu andalan pariwisata di Kota Pekalongan seiring berjalannya waktu tentu akan mengalami perubahan kondisi fisik pantai dikarenakan sifat pantai yang dinamis. Perubahan fisik tersebut dapat berupa abrasi dan sedimentasi. Akibat dari perubahan ini dapat merusak pantai dan mengganggu kegiatan sosial dan ekowisata di pantai tersebut. Suatu pantai mengalami abrasi, sedimentasi atau tetap stabil tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan yang meninggalkan pantai tersebut. Masalah yang umum terjadi di pantai utara Pulau Jawa adalah abrasi dan sedimentasi, salah satunya terjadi di perairan ini (Yudowaty et al., 2012).
Abrasi yang terjadi di wilayah pantai ini sudah sangat tinggi dan memprihatinkan sehingga mengancam akan ekosistem mangrove khususnya sebagai tempat ekowisata. Abrasi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah dalam 10 tahun terakhir pun semakin memprihatinkan karena air telah mencapai pemukiman warga. Masih minimnya penelitian sedimentasi dan abrasi di Mangrove Park Kota Pekalongan pun menjadi titik permasalahan, dilakukannya penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui analisa laju sedimentasi pada Perairan Pekalongan dan hasil ini dapat berguna untuk proses pengambilan keputusan dalam pengembangan lahan di kawasan Kota Pekalongan Khususnya di Perairan Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan (Prihantono et al., 2018).
1. Mengetahui kondisi parameter oseanografi yang terjadi di Perairan Sekitar
Mangrove Park Pekalongan
2. Mengetahui pola sebaran sedimen di Perairan Sekitar Mangrove Park
Pekalongan
3. Mengetahui nilai laju sedimentasi di Perairan Sekitar Mangrove Park Pekalongan
Memberikan informasi mengenai kondisi parameter oseanografi, pola sebaran sedimen, dan nilai laju sedimentasi pada Perairan Sekitar Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan, untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan lahan di Kawasan Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan
Lokasi penelitian berada di wilayah Perairan Kecamatan Kandang Panjang Kota Pekalongan berada di 6o 50’ 30” - 6o 51’40” LS dan 109o 38’ 20” - 109o 40’ 50” BT, dan ditampilkan pada gambar dibawah:
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
MATERI DAN METODE
Penelitian yang dikaji berkaitan dengan analisa laju sedimentasi di sekitar perairan sekitar pusat mangrove Kota Pekalongan dengan menggunakan metode penelitian secara kuantitatif. Penelitian dimulai dari studi literatur dan dilanjutkan dengan pengumpulan data dan pengolahan data. Metode penelitian secara kuantitatif digunakan mulai dari mencari data, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis hasil data. Data yang digunakan merupakan data, yakni data primer, ukuran butir sedimen , dan besarnya nilai laju sedimentasi dengan sediment trap dan arus dengan alat ADCP. Data sekunder pada penelitian ini menggunakan data angin yang diambil dari data angin reanalysis ERA-5, data pasang surut yang didapatkan dari Ipasoet BIG, data arus dari pengolahan data pasang surut di Mike 21, data Batimetri dari Peta Batimetri Pushidrosal, data debit sungai dari BBWS dan Citra Google Earth 2021 sebagai peta lokasi penelitian. Data reanalysis angin merupakan data model yang telah divalidasi dengan data lapangan dari ECMWF. Data batimetri berasal dari Peta Batimetri pushidrosal yang dimasukkan ke dalam scatter mesh Mike 21.
Pelaksanaan penelitian ini terbagi dalam tiga tahap, yaitu tahap awal, yaitu tahap persiapan dan pengambilan data, tahap kedua yaitu pengolahan dan analisa data, tahap terakhir yaitu verifikasi data dan penentuan kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode ini dipilih karena memenuhi kaidah-kaidah ilmu yakni konkrit, empiris, objektif, terukuru, rasional dan sistematis. Penentuan titik sampling, menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang bertujuan agar data yang diperoleh bisa representative, dan dapat mewakili tujuan penelitian disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Metode ini digunakan karena daerah yang diteliti luas, dan perlu dilakukan penentuan sampel daerah dan penentuan pengambilan sampel di daerah tersebut. Penentuan lokasi ini meliputi peletakkan sediment trap. Titik koordinat lokasi penelitian diambil dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Lokasi-lokasi penelitian ini dianggap sudah dapat mewakili nilai laju sedimentasi di daerah ini. Stasiun yang digunakan berjumlah 10 stasiun yang berada di sekitar Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan, dan sekitar muara Sungai Sengkarang. Pemilihan lokasi stasiun ini didasarkan pada hasil interpretasi citra, dan pertimbangan, dikarenakan merupakan muara sungai, dan tempat daerah yang terkena abrasi. Pengambilan sampel dilakukan di perairan sekitar Pusat Informasi Mangrove Park dengan interval pengambilan sampel sedimen selama 7 hari sekali setelah pemasangan alat (dilakukan 4 kali pengambilan sampel) selama 28 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pasang Surut
Data pasang surut diolah dengan menggunakan metode admiralty berdasarkan data IPasoet BIG. Hasil pengolahan admiralty pasang surut menghasilkan sembilan komponen pasang surut, yaitu S0, M2,S2, N2, K1. O1,M4,MS4 dan P1, dan disajikan pada gambar dan tabel berikut.
2. Gelombang
Pengolahan data gelombang di Kota Pekalongan, dapat diketahui berdasarkan data kecepatan dan arah angin. Data angin merupakan data yang digunakan untuk peramalan gelombangHasil arah dan kecepatan angin dominan disajikan dalam bentuk windrose, dan garis lurus berwarna merah menandakan arah angin rerata.
3. Arus
Pengambilan data parameter oseanografi dilakukan di titik koordinat 109,689317 BT dan 6,82845 LS, dengan menggunakan alat ADCP pada tanggal 6-9 April 2021.
Data arus saat penelitian berlangsung pada tanggal 22 Agustus – 19 September 2021, menggunakan data arus hasil simulasi model. Simulasi model arus menggunakan software Mike 21 Modul Flow Model FM, sehingga dapat diperoleh pola arus di Perairan Sekitar Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan. Simulasi model arus dilakukan selama 6 bulan atau 4392 Jam, dari tanggal 1 April – 30 September 2021. Hasil simulasi model divalidasikan dengan data kecepatan arus dengan pengambilan ADCP pada tanggal 6 – 9 April 2021 dan data pasang surut
Metode MRE (Mean Relative Error) dan RMSE (Root Mean Square Error) digunakan untuk validasi hasil model. Metode ini digunakan untuk mengetahui akurasi hasil simulasi model yang dibuat dengan data sebenarnya. Suatu model deret waktu dikatakan baik apabila telah sesuai dengan kenyataan. Hasil perhitungan metode MRE didapatkan nilai error sebesar 28 %. Hasil ini masih dapat dikategorikan hasil model dapat diterima, sebab hasil pemodelan arus sulit untuk mendapatkan nilai yang mendekati nilai sebenarnya, dikarenakan faktor penggunaan data yang digunakan, seperti kesalahan batimetri, syarat batas model terbuka, kekurangan dalam parametriasi turbulensi, atau pengaruh meteorologi (Chai & Draxler, 2014).
Verifikasi data pasang surut, dilakukan dengan mencocokkan nilai data pasang surut dari IPasoet BIG, dan data hasil pemodelan dengan software Mike 21. Nilai perbedaan antara ketiga data pasang surut memiliki pola yang serupa, dan memiliki nilai dengan perbedaan yang sedikit dengan nilai error dengan metode MRE sebesar 6 %, dan dapat diterima. Hasil pengolahan data arus ditampilkan dalam 4 pola yaitu saat arus tertinggi, surut terendah, pasang menuju surut dan surut menuju pasang, dan dapat dilihat pada gambar berikut.
4. Ukuran Butir Sedimen
Berdasarkan hasil analisis sampel sedimen dasar dengan menggunakan sediment grab, selanjutnya data diolah dengan menggunakan software Arcgis 10.8, untuk membuat peta sebaran ukuran butir sedimen dasar yang ditampilkan guna mengetahui dan menginterpretasi sebaran ukuran butir sedimen dasar di perairan.
5. Land Subsidence
Laju penurunan muka tanah menyebabkan peningkatan yang cukup signifikan dalam penambahan luas wilayah yang tergenang . Perubahan penggunaan lahan dengan penurunan tanah menurut menunjukkan bahwa adanya korelasi wilayah perkotaan (kepadatan penduduk) dan luas banjir dengan tingkat penurunan muka tanah. Besaran penurunan muka tanah per kecamatan berdasarkan nilai ratarata, minimal dan maksimal ditunjukkan dalam tabel berikut.
6. Nilai Laju Sedimentasi
Berdasarkan perhitungan laju sedimentasi pada sampel sedimen yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil laju sedimentasi yang berbeda di setiap lokasi pengamatan. Nilai laju sedimentasi tertinggi terdapat pada lokasi pengamatan ke-7 pengambilan hari ke - 28. Nilai laju sedimentasi pada stasiun penelitian dalam setiap waktu pengambilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hasil pengolahan data di lapangan selanjutnya digunakan sebagai masukan model laju sedimentasi pada Software Mike 21, dan didapatkan hasil model laju sedimentasi sebagai berikut.
Gambar . Model Bed Thickness Change Interval 7 Hari
Kondisi Parameter Oseanografi Perairan
Hasil dari pengolahan data pasang surut dari lokasi penelitian menghasilkan nilai bahwa tipe pasang surut perairan ini yaitu tipe pasang surut campuran condong harian tunggal dengan nilai formzahl sebesar 1,6. Perairan ini memiliki nilai tunggang pasut sebesar 66 cm, dimana hasil didapatkan dari nilai elevasi saat pasang tertinggi sebesar 152 cm, dan elevasi saat surut terendah sebesar 86 cm. Nilai pasang surut merupakan pembangkit arah dan kecepatan arus. Nilai arus yang didapatkan menggunakan data pasang surut, debit sungai, dan angin sebagai faktor pembangkitnya. Pergerakan gelombang menimbulkan pergerakan longshore current, yang dapat mengakibatkan pergerakan sedimen, hingga abrasi. Nilai arus yang telah dihasilkan dengan model Mike 21 divalidasikan dengan data arus ADCP serta data pasang surut Ipasoet BIG. Nilai error hasil model Mike 21 dengan elevasi pasut Ipasoet BIG, didapatkan hasil nilai error sebesar 6% dan divalidasikan dengan data arus ADCP lapangan didapatkan nilai error sebesar 28%. Nilai error model ini masih dapat diterima, dan masih masuk dalam kategori baik. Arah arus dominan bergerak ke arah barat dan timur, dan dapat dilihat pada current rose arus saat waktu penelitian. Arah arus bolak balik ini menandakan bahwa pola pergerakan arus dipengaruhi oleh fenomena pasang surut. Pola arus di perairan ini dominan arus pasut, dikarenakan pergerakannya yang mengikuti pola pasang surut. Pola arus yang bergerak secara bolak-balik, maka arus tersebut didominasi oleh arus pasang surut (Hadi dan Radjawane, 2009). Hasil pemodelan arus ditampilkan dalam 4 kondisi yakni pada pasang tertinggi, surut terendah, pasang menuju surut, dan surut menuju pasang. Hasil pemodelan menunjukkan pada kondisi pasang tertinggi dan surut menuju pasang, air laut bergerak mengarah ke daratan. Sedangkan pada kondisi surut terendah dan pasang menuju surut, air laut bergerak menjauhi daratan dan menuju ke laut. Hal ini mengakibatkan pada saat pasang dan surut menuju pasang pola arus air laut bergerak dari laut menuju ke daratan. Sedangkan pada kondisi surut dan pasang menuju surut pola arus bergerak dari daratan menuju ke laut. Pola arus saat pasang, arus bergerak dominan ke arah barat sedangkan pada saat surut arus dominan bergerak ke arah timur.
Hasil dari pengolahan data gelombang berdasarkan data angin dengan metode SMB (Sverdrup Munk Bretschneider), didapatkan hasil nilai tinggi dan periode gelombang signifikan. Pada musim Barat didapatkan nilai tinggi gelombang signifikan sebesar 1,05 meter, dan periode gelombang signifikan sebesar 5,51 detik. Pada musim peralihan 1, didapatkan nilai tinggi gelombang signifikan sebesar 0,57 meter, dan periode gelombang signifikan sebesar 4,37 detik. Pada musim timur didapatkan nilai tinggi gelombang signifikan sebesar 0,45 meter dan periode gelombang signifikan sebesar 3,89 detik. Pada musim peralihan 2, didapatkan nilai tinggi gelombang signifikan sebesar 0,38 meter, dan periode gelombang signifikan sebesar 3,57 detik. Tinggi gelombang ini berbanding lurus dengan kecepatan angin, dimana semakin cepat kecepatan angin, maka semakin tinggi gelombang yang terbentuk. Longshore current adalah faktor dominan yang mempengaruhi pergerakan angkutan sedimen, dimana kecepatan arus di perairan ini berkisar antara 0.0011 – 0.2188 m/det.
Laju Sedimentasi
Berdasarkan hasil pengolahan data nilai laju sedimentasi, dapat dilihat tabel perbandingan nilai laju sedimentasi di setiap stasiun selama waktu pengamatan. Perbedaan hasil di setiap stasiun dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pasang surut, arus laut, debit sungai, gelombang laut. Berdasarkan hasil pengamatan stasiun T7 mengalami laju sedimentasi tertinggi, dan stasiun T4 mengalami laju sedimentasi terendah. Nilai laju sedimentasi pada setiap stasiun beragam dimana laju sedimentasi tertinggi terdapat pada stasiun T7 dengan nilai laju sedimentasi sebesar 11,811 kg/m2/hari pada pengambilan hari ke-28 dengan ketinggian laju sedimentasi bersih sebesar 6,614 cm/minggu dan nilai laju sedimentasi terendah terdapat pada stasiun T4 pada pengambilan pertama dengan nilai laju sedimentasi sebesar 1,51 kg/m2/hari. Tinggi nya laju sedimentasi di stasiun T7 diakibatkan besarnya energi gelombang dan arus, yang melewati stasiun T7, lalu di stasiun T7 ini terdapat sand geotekstil bag atau tanggul yang berasal dari pasir namun telah rusak dan jebol, sehingga sand geotekstil bag ini mengendap di bagian dasar perairan. Pada daerah sekitaran stasiun T7 ini juga menjadi tempat muara baru, dikarenakan perubahan garis pantai, dan bisa dilihat dalam Lampiran 4 tentang citra time series perubahan garis pantai. Pada stasiun T7 ini ukuran butir sedimen yang terperangkap yaitu pasir, dikarenakan besarnya energi gelombang dan longshore current sehingga dapat menggerakkan sedimen dengan ukuran butir kasar ini, dan kerapatan mangrove pada stasiun T7 ini telah rusa. Rusaknya kerapatan mangrove ini mempengaruhi laju sedimentasi, dimana kerapatan mangrove memiliki hubungan negatif terhadap laju sedimentasi. Semakin tinggi kerapatan mangrove maka semakin rendah laju sedimentasi nya. Sihombing et al (2017) menyatakan bahwa terdapat pengaruh atau keeratan hubungan antara kerapatan mangrove dengan hasil laju sedimentasi yang diperoleh.
Pada stasiun T4 mengalami laju sedimentasi yang rendah dikarenakan stasiun T4 berada jauh dari muara, dan laut, dan nilai kecepatan arus pada daerah ini tergolong rendah, sehingga laju sedimentasi di stasiun ini rendah. Pada stasiun T3 juga mengalami laju sedimentasi yang rendah dikarenakan tidak mendapat pengaruh langsung baik dari muara sungai dan laut. Kedua tempat ini baik stasiun T3 dan T4 memiliki nilai arus yang tenang dan seringkali digunakan sebagai spot memancing bagi warga lokal. Pergerakan laju sedimentasi baik abrasi maupun akresi di Pekalongan ini terbilang cukup tinggi Pertemuan angkutan sedimen dari laut dan dari hulu sungai bertemu di muara sungai yang kemudian terendapkan. Pada Stasiun T8 nilai laju sedimentasi yang terjadi tergolong tinggi, dikarenakan pada saat pasang angkutan sedimen yang berasal dari laut terbawa menuju muara. Sedangkan pada saat surut angkutan sedimen diendapkan di daerah muara, dan pasang surut serta debit sungai menjadi faktor dominan pergerakan angkutan sedimen di Muara Sungai Sengkarang ini. Land subsidence berpengaruh terhadap laju sedimentasi, dimana land subsidence, dapat mempengaruhi kenaikan muka air laut, dikarenakan turunnya muka tanah, dan dapat meningkatkan laju sedimentasi. Perubahan luas daerah tergenang ini disebabkan oleh pengaruh penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut. Pengaruh penurunan muka tanah terhadap genangan banjir rob menjadi faktor yang paling tinggi pengaruhnya dibandingkan kenaikan muka air laut karena rata-rata laju penurunan muka tanah tertinggi yang terjadi di Kecamatan Pekalongan Utara,
PENUTUP
1. Berdasarkan penelitian pada perairan sekitar pusat informasi mangrove kota pekalongan, dapat disimpulkan bahwa kondisi parameter oseanografi pada Perairan ini yaitu memiliki tipe pasang surut campuran condong harian tunggal, dengan nilai formzahl sebesar 1.6, Perhitungan gelombang dengan metode SMB, didapatkan nilai ketinggian gelombang signifikan (Hs) berkisar antara 0.38 – 1.02 m,dan periode gelombang signifikan 3.57 – 5.51 detik. Berdasarkan pemodelan arus laut didapatkan kecepatan arus berkisar pada 0.0011 – 0.2188 m/det.
2. Sebaran jenis sedimen di Perairan sekitar Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan terdiri dari pasir, lanau pasiran, dan lanau. Sebaran ukuran butir sedimen pasir terdapat di mulut muara sungai, dan sekitar muara, dan jenis sedimen lanau terdapat di bagian dalam sungai, dan berada di bagian laut lepas pantai. Distribusi ukuran butir sedimen dasar dipengaruhi oleh arus laut, dimana kecepatan arus yang lebih kecil akan mengendapkan sedimen berukuran halus.
3. Nilai laju sedimentasi di perairan sekitar Pusat Informasi Mangrove Kota Pekalongan berkisar antara 1.51 kg/m2/hari sampai 11.81 kg/m2/hari atau 0,663 – 6,614 cm/minggu. Nilai laju sedimentasi terbesar terdapat pada Stasiun T7, dan nilai laju sedimentasi terkecil terdapat pada stasiun T4. Faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi antara lain, debit sungai, pasang surut, land subsidence , gelombang dan arus laut.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan pemodelan transport sedimen guna mengetahui proses angkutan serta nilai laju sedimentasi yang terjadi di perairan sekitar pusat informasi mangrove Kota Pekalongan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, S. A., Alfi S., Agus A.D.S. 2016. Karakteristik Kecepatan Dan Arah Dominan Arus Sejajar Pantai (Longshore Current) Di Pantai Larangan Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi. V (3) : 390-397
Aniendra, A.A., Sasmito, B., &Sukmono,A. (2019). Analisis Perubahan Garis Pantai Dan Hubungannya dengan Land Subsidence Menggunakan Aplikasi Digital Shoreline Analysis System (Dsas) (Studi Kasus: Wilayah Pesisir Kota Semarang).Jurnal Geodesi Undip, 9(1),12-19.
Anisa, M. N., Purwanto., dan Indra, B. P. 2017. Studi Pola Arus Laut Perairan Tapaktuan, Aceh Selatan. Jurnal Oseanografi. VI (1) :183-192
Aprilia, E. dan Danar G. P. 2017. Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta. Jurnal Teknik ITS. Vol. 6 (2).
Armansyah.D., Harjo.S., Nawanto. B., Sukoco., Kamija., Dian Adrianto., L Dewantoro., dan Widodo, S. P. 2019. Purwarupa Dukungan Data Arus Laut Operasional Bersumber Dari Copermius Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) Dalam Format AML IWC Arus Laut Untuk TNI AL. I (02): 14-26
Bagaskara, D. P., Sugeng W., Baskoro R.. 2017. Laju Sedimentasi dan Pergeseran Delta di Muara Anak Sungai Porong Sidoarjo. Jurnal Oseanografi. Vol. 6 (4):607-615
Boggs, S.JR., 1995. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. New Jersey.
Budiwicaksono, A. E ., Petrus. S., dan Franto. N. 2013. Pemodelan Pola Arus Pada Tiga Kondisi Musim Berbeda Sebagai Jalur Pelayaran Perairan Teluk Lampung Menggunakan Software DELFT3D. Jurnal Oseanografi. II (3) : 280-292
Chai, T. & Draxler, R. R. 2014. Root Mean Square Error (RMSE) or Mean Absolute Error (MAE)? –Arguments Against Avoiding RMSE in the Literature. Geoscientific. Model Development, 7(3), 1247-1250, https://doi.org/10.5194/gmd-7-1247-2014
Daruwedho. H., Bandi S., dan Fauzi, J. A.2016. Analisis Pola Arus Laut Permukaan dengan Menggunakan Satelit Altimetri Jason-2 Tahun 2010-2014. Jurnal Geodesi Undip. V (02) : 1-14
DHI, Mike 21 Scientific Documentation Index. 2017. Mike 21 Flow Model Fm, Hydrodynamics Module
Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang DPU Provinsi Jawa Tengah. (2021).Desain Bendung Gerak Kali Loji Kota Pekalongan. DPU Provinsi Jateng Semarang. 96 hal.
Diposaptono, S dan Budiman. 2006. Tsunami. Buku Ilmiah Populer. Jakarta : Buku Ilmiah Populer
Effendi.R., Gentur, H., dan Heryoso, S. 2017. Peramalan Pasang Surut di Sekitar Perairan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Banyutowo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi. XI (1) :221-227.
Erlangga, L, Purwanti, D. N. Sugianto. 2017. Kajian Karakteristik Longshore Current Pada Perairan Sekitar Bangunan Jetty di Pantai Kejawanan Cirebon. Jurnal Oseanografi, 6(1): 144-150.
Gusman, D. V., Sugeng W, Alfi S. 2013. Pengaruh Arus Terhadap Sebaran Material Padatan Tersuspensi di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang. Jurnal Oseanografi. Vol. 2 (1).
Hadi, S., Ivonne M. Radjawane. 2009. Arus Laut. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Hutabarat. S., dan Evans, S. M. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Ismanto,A., M. Zainuri, Sahala H., Denny N. S., Sugeng W., Anindya W. 2017. Sediment Transport Model In Sayung District, Demak. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Sci. 55 012007
Nugroho, K., Thonas I. M. 2022. Identifikasi Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Satelit Landsat Dengan Metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) (Studi Kasus: Kota Pekalongan, Jawa Tengah). FTSP Series :Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir.
Permadi, L. C., Elis. P., dan Baskoro. R.2015. Studi Arus pada Perairan Laut di Sekitar PLTU Sumuradem Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Oseanografi. IV (02) : 516-52343
Pramulya, A. D., Indra B. P., Alfi S., Elis I, Aris I. 2020. Pemodelan Perubahan Dasar Perairan (Bed Level Change) di Perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Indonesian Journal of Oceanography. Vol. 02 (1)