Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

25 Agustus 2021

By: Asih Sekar Sesama

Open Data

PERKEMBANGAN MANGROVE 2005 - 2021

Open Project

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong
ABSTRAK
Ekosistem pesisir, terutama mangrove, dapat berubah bersamaan dengan adanya berbagai tekanan dan gangguan lingkungan (geologis, fisik, kimia dan biologi) yang bervariasi. Akibat langsung dari tekanan dan gangguan ini adalah pengurangan luas dan kesehatan mangrove dan eksaserbasi berikutnya dari pemanasan global dan konsekuensi lain dari perubahan iklim, penurunan kualitas air pantai, hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi habitat pesisir. Pencapaian tujuan ini mengenai perubahan luasan habitat hutan mangrove dari waktu ke waktu yang dapat memainkan peran penting dalam efisiensi dan keberhasilan program rehabilitasi dan pengembangan ekosistem tersebut. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan jangka panjang yang terjadi di kawasan muara sungai Porong, Sidoarjo. Perubahan tutupan lahan pada periode 2005-2021 disajikan untuk memvisualisasikan perubahan kawasan mangrove. Total luas mangrove meningkat 35% dari tahun 2005 hingga 2021. Hasil dari studi ini berguna untuk mengembangkan strategi konservasi, upaya mitigasi hilangnya keanekaragaman hayati, dan pemantauan dan analisis di masa depan.

LATAR BELAKANG

Sebagian kawasan pesisir Sidoarjo berupa hutan mangrove. Kondisi dalam 10 tahun terakhir ini terjadi penurunan luas mangrove. Pada tahun 2001 luas hutan mangrove yang tersisa hanya sekitar 343,85 Ha (RT RW Kabupaten Sidoarjo 2003-2013). Namun, jumlah tersebut telah menurun secara drastis. Dalam Rencana Penataan dan Pengembangan Kawasan Pesisir Kabupaten Sidoarjo 1998 – 2008 disebutkan bahwa kondisi hutan mangrove di wilayah penelitian rata-rata memiliki kondisi yang buruk. Secara alami, ekosistem mangrove dapat memperbaiki habitatnya dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun. Menurut Saengar (2002), mangrove mampu beradaptasi pada berbagai kondisi fisiologis, morfologi, biokimia, dan reproduktif. Sehingga memungkinkan untuk tumbuh pada wilayah kurang stabil dan sulit. Berdasarkan sifat inilah mangrove dapat tumbuh di wilayah pesisir berlumpur.

Setelah bencana lumpur Lapindo, terdapat dampak positif bagi kehidupan di muara Sungai Porong. Menurut media masa Pikiran Rakyat (2020), masyarakat setempat menanaminya dengan tumbuhan mangrove dan berkembang dengan cukup baik. Selain itu, hasil endapan pembuangan lumpur ini menghasilkan daratan baru yang dikenal dengan Pulau Lumpur Sidoarjo (Lusi) seluas 94 ha.

Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan ekosistem pesisir terutama mangrove sejak tahun 2005 hingga 2021. Dan diharapkan dapat digunakan untuk Menyusun kebijakan pembangunan mangrove di area sekitar.

MATERIAL DAN METODE

Penelitian ini menggunakan data penginderaan jauh multi-temporal dengan resolusi spasial menengah 30 x 30 meter yang diperoleh dari USGS Earth Explorer. Citra Landsat 7 ETM+ untuk tahun 2005 dan 2013 serta Landsat 8 OLI untuk tahun 2015 dan 2021.

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong
  • Mangrove Vegetation Index (MVI)

Baloloy et al. (2020) menyajikan algoritma baru berupa Mangrove Vegetation Index (MVI) dengan menggunakan 3 band (Green, NIR, dan SWIR1). Penggunaan band tersebut untuk membedakan kehijauan dan kelembaban mangrove yang berbeda dari vegetasi darat dan tutupan lahan lainnya. Analisis pita spektral menunjukkan bahwa |NIR-Green| bagian dari MVI menangkap perbedaan kehijauan antara hutan mangrove dan vegetasi darat. |SWIR-Green| bagian dari indeks mengungkapkan kelembaban hutan mangrove yang berbeda tanpa memerlukan data intertidal tambahan dan indeks air. Nilai MVI meningkat dengan meningkatnya probabilitas suatu piksel diklasifikasikan sebagai mangrove.

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong
  • Normalized Diffrerence Vegetation Index (NDVI)

NDVI digunakan untuk mengukur kehijauan vegetasi dan berguna dalam memahami kerapatan vegetasi dan menilai perubahan kesehatan tanaman. NDVI dihitung sebagai rasio antara nilai merah (R) dan inframerah dekat (NIR).

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

ANALISIS DATA

Dalam identifikasi perkembangan mangrove, dilakukanlah perhitungan luasan area mangrove dan perbandingan tiap periodenya. Serta dalam proses identifikasi ini, digunakan teknik overlay untuk mengetahui besarnya perubahan luas area mangrove.

Hasil pengolahan menggunakan MVI pada tiap tahun menunjukkan bahwa kawasan mangrove di muara Sungai Porong mengalami peningkatan. Terlihat pada Gambar 2, pada tahun 2005 hingga 2013 mengalami peningkatan signifikan sejak adanya sedimentasi dari lumpur Sidoarjo tahun 2006. Karakteristik lumpur yang berasal dari semburan hampir mirip dengan lumpur pantai Sidoarjo tetapi miskin unsur hara, namun mengingat lumpur yang telah bercampur dengan lumpur muara sungai dan pasang surut air laut, maka diperkirakan dapat menambah unsur hara untuk berkembangnya mangrove. Selain itu juga pada tahun 2010, untuk memanfaatkan lumpur tersebut, masyarakat bersama dengan instansi setempat melakukan kegiatan penanaman mangrove di Muara Sungai Porong.

Pola sedimentasi yang terbentuk turut mempengaruhi pola persebaran sedimen yang menjadi habitat tanaman mangrove. Penambahan material sedimentasi menambah luas hidup vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove yang ditemukan di wilayah kepesisiran sidoarjo sebagian besar pada bagian utara adalah Avicennia marina, bagian tengah adalah Avicennia eucalyptifolia dan Avicennia alba, serta bagian selatan adalah Avicennia marina (Fitriani, 2014).

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

Tingkat kerapatan mangrove yang diukur menggunakan NDVI didapatkan 4 kategori, yaitu Kerapatan Sangat Rendah, Rendah, Sedang dan Kerapatan Tinggi. Pembagian kerapatan ini juga berdasarkan nilai NDVI yang berkisar -1,0 hingga +1,0. Pada penelitian ini, nilai NDVI hutan mangrove berada di rentang 0,3 - 0,8. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2015) yang berlokasi di Estuari Perancak, dimana rentang nilai NDVI untuk vegetasi mangrove berkisar antara 0.4 – 0.8.

Dapat dilihat pada Gambar 3 kerapatan mangrove yang tinggi lebih mendominasi dibandingkan dengan kerapatan sedang dan jarang. Hal tersebut diduga karena substrat untuk tumbuh dan berkembang sangat baik serta sedikitnya gangguan terhadap ekosistem mangrove. Sehingga, mangrove tumbuh sangat subur di daerah tersebut. Untuk penyebarannya mangrove dengan kerapatan tinggi berada di sisi sungai atau laut.

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

Volume perubahan area mangrove disajikan pada Tabel 1. Pada kerapatan tinggi diperkirakan merupakan mangrove yang memang sudah tumbuh lama di daerah tersebut akan tetapi tidak semua kerapatan tinggi merupakan mangrove alami. Terdapat pula mangrove hasil dari konversi lahan yang kerapatannya tinggi. Begitu pula pada kerapatan sedang dan rendah.

Perkembangan Mangrove di Muara Sungai Porong

Luasan mangrove terlihat terus bertambah dan rimbun, dibuktikan dengan luasan pada kategori kerapatan sangat rendah yang terus berkurang. Melihat perkembangan mangrove yang tumbuh dengan baik di lokasi hasil sedimentasi lumpur Sidoarjo maka perlu perhatian dari pihak pemerintah untuk dilakukan pengelolaan dengan baik. Tujuannya agar ekosistem mangrove tersebut dapat terjaga dan lestari. Potensi selanjutnya, lokasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata.

REFERENSI
Baloloy, AB., Blanco, AC., Ana, R.R.C.S., dan Nadaoka, K. 2020. Development and application of a new mangrove vegetation index (MVI) for rapid and accurate mangrove mapping. ISPRS Journal of Photogrammetry and Remote Sensing 166: 95–117
Crystiana, I., Susantoro, T.M., dan Junaedi, T. 2021. Monitoring Perkembangan Mangrove di Pulau Lumpur Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan. 103-110
Fitriani, Ajeng Kumala Nur. 2014. Kajian Karakteristik Sedimen Di Muara Sungai Porong, Sidoarjo Terhadap Perkembangan Ekosistem Mangrove. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Kartikasari, A. D., & Sukojo, B. M. 2015. Analisis Persebaran Ekosistem Hutan Mangrove Menggunakan Citra Landsat-8 Di Estuari Perancak Bali. Geoid, 11(1), 1-8.
Lubis, M.Z., Gustin, O., Anurogo, W., Kausarian, H., Anggraini, K., dan Hanafi, A. 2017. Penerapan Teknologi Penginderaan Jauh Bidang Pesisir dan Kelautan. Oseana,XLII (3), 56 – 64.
Pikiran Rakyat. (2020). Setelah 14 Tahun, Buangan Lumpur Lapindo Sidoarjo Jadi Pulau Baru. Diakses tanggal 15 Agustus 2021 pada link berikut:
Pikiran Rakyat
Saenger, P. 2002. Mangrove Ecology, Silviculture and Conservation. Kluwer Academic Publishers. Netherlands
USGS. 2021. Landsat Normalized Difference Vegetation Index. Diakses tanggal 15 Agustus 2021 pada link berikut:
USGS Website

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

89 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

295 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

170 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

109 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot