Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi Geografis

25/08/2022 • Farah Duta Umari Shadra

drainase

Sungai

Slope

curahhujan

padatpenduduk

LULC

PotensiKetersediaanAir

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi Geografis


Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis
Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi Geografis

Ecocity

Ecocity adalah permukiman manusia yang direncanakan untuk struktur dan fungsi ekosistem alami. Ecocity menciptakan lingkungan yang sehat bagi penghuninya tanpa mengkonsumsi lebih banyak sumber daya (terbarukan) daripada yang dihasilkannya, tanpa menghasilkan lebih banyak limbah daripada yang dapat diasimilasi, dan tanpa menjadi racun yang dihasilkan. Dampak ekologis penghuninya mencerminkan gaya hidup yang mendukung lingkungan (Ecocity Builders, 2010).

Geologi Kota dan Kabupaten Bandung

Secara fisik, bentang alam wilayah Bandung dan sekitarnya yang termasuk ke dalam cekungan Bandung, merupakan cekungan berbentuk lonjong (elips) memanjang berarah timur tenggara - barat barat laut. Cekungan Bandung ini dimulai dari daerah Nagreg di sebelah timur sampai ke Padalarang di sebelah barat dengan jarak horizontal lebih kurang 60 km. Sementara itu, jarak utara- selatan mempunyai lebar sekitar 40 km. Cekungan Bandung ini hampir dikelilingi oleh jajaran kerucut gunung api berumur Kuarter, di antaranya di sebelah utara terdiri atas kompleks Gunung Burangrang - Sunda - Tangkuban Perahu, Gunung Bukit Tunggul, tinggian batuan gunung api Cupunagara, Gunung Manglayang, dan Gunung Tampomas. Batas timur berupa tinggian batuan gunung api Bukit Jarian, Gunung Krengseng - Gunung Kareumbi, kompleks batuan gunung api Nagreg sampai dengan Gunung Mandalawangi. Batas selatan terdiri dari kompleks gunung api Kamojang, Gunung Malabar, Gunung Patuha dan Gunung Kendeng. Hanya di sebelah barat, cekungan Bandung dibatasi oleh batuan gunung api berumur Tersier dan batugamping yang termasuk ke dalam Formasi Rajamandala (Sudjatmiko, 1972).

Pengertian sumber daya geologi di sini adalah semua fenomena geologi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya bagi kehidupan manusia. Sumber daya geologi ini tidak hanya diperuntukkan bagi kehidupan manusia pada masa lalu dan masa kini. Dengan kata lain sumber daya geologi adalah sumber daya yang mampu mendukung kehidupan manusia secara berkelanjutan. Salah satu sumber daya geologi yang dapat digunakan antara lain adalah sumber daya air. Energi air yang sudah dimanfaatkan sebagai pusat listrik tenaga air adalah seluruh aliran air dari daerah aliran Sungai Citarum, yang ditampung di dalam Waduk Saguling, sehingga pusat listrik tenaga air itu disebut PLTA Saguling. Namun, di bagian hulu sungai dimana banyak dijumpai air terjun dan aliran sungai sepanjang tahun yang kemungkinan dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik mikrohidro masih belum dimanfaatkan secara optimal.

Selain dipergunakan untuk sumber daya energi, air juga sangat vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, industri, dan pertanian, baik yang menyangkut air di permukaan maupun air tanah atau air bawah permukaan. Banyaknya mata air dan jeram di lereng pegunungan di sekeliling cekungan Bandung, serta banyaknya aliran sungai sepanjang tahun di cekungan Bandung itu sendiri menunjukkan betapa tinggi potensi sumber daya air di kawasan ini. Persoalan yang timbul biasanya terletak pada penataan ruang yang kurang tepat, pengambilan air tanah yang melebihi batas optimum, serta terjadinya pencemaran air permukaan akibat ulah manusia itu sendiri.

Air Permukaan

Air berarti kehidupan, dan di masa depan yang ditandai dengan perubahan iklim, akses, distribusi, dan penanganan air akan menjadi semakin kritis. Kota-kota yang layak huni dan berkelanjutan di seluruh dunia membutuhkan sanitasi yang layak, pengolahan air limbah, dan pasokan air bersih yang andal. Lebih dari dua pertiga populasi dunia diproyeksikan akan tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2050, kebutuhan akan solusi inovatif dan berkelanjutan menjadi lebih mendesak dari sebelumnya (COWI, 2021). Maka dari itu diperlukan wilayah-wilayah yang berpotensi sebagai pasokan air untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan menganalisa, serta menyajikan data dan informasi dari suatu objek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau keberadaannya di permukaan bumi (Ekadinata, dkk., 2008). Pada SIG ini data yang diolah merupakan data spasial. Pada data spasial ini yang akan ditinjau adalah data yang mempunyai penggambaran dari suatu wilayah yang dirujuk, lalu data tersebut dapat digambarkan atau direpresentasikan kedalam bentuk gambar atau bentuk dengan format digital lainnya (Dempsey, 2019). SIG juga berperan dalam bidang hidrologi seperti menentukan luas daerah aliran sungai (DAS), menentukan arah aliran air, dan akumulasi air, sehingga SIG ini dapat digunakan untuk mencari potensi sumber air permukaan.

Metodologi Penelitian

Tabel 1. Data-data yang akan digunakan

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data Elevasi (Ketinggian)

Data ini didapatkan dari DEMNAS dengan resolusi spasial 8.1 meter. Data ini menampilkan ketinggian dari area yang akan dipilih, pada publikasi ini menggunakan wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Dari data elevasi ini dapat dikembangkan atau diolah lebih lanjut menggunakan perangkat lunak ArcGIS Pro menjadi parameter-parameter hidrologi seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Parameter hidrologi hasil pengolahan data elevasi lebih lanjut.

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data elevasi (DEM) tidak hanya digunakan untuk menentukan parameter hidrologi, melainkan dapat juga menentukan kemiringan suatu wilayah. Peta kemiringan lereng dapat diketahui menggunakan perangkat lunak ArcGIS Pro dengan proses Terrain Analysis, dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lereng berdasarkan Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Tahun 1986

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Berikut hasil dari klasifikasi kemiringan lereng.

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data Curah Hujan

Data ini didapat dari satelit CHIRPS dengan resolusi 5 km, yang menghasilkan data curah hujan harian atau bulanan, dalam publikasi ini menggunakan data CHIRPS Daily (harian).

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data Demografi

Data demografi didapatkan dari website Humanitarian Data Exchange dengan sumber data berasal dari WorldPop, University of Southampton, UK tahun 2020. Resolusi spasial dari data ini sebesar 1 km, dengan pembaruan tiap tahun. Dari data ini digunakan untuk membuat peta kepadatan penduduk.

Tabel 4. Klasifikasi Kepadatan Penduduk menurut Klasifikasi Penduduk Miskin BPS Tahun 1995

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data Land Use (Penggunaan Lahan) dan Land Cover (Tutupan Lahan)

Peta global penggunaan lahan/tutupan lahan (LULC) yang berasal dari citra ESA Sentinel-2 pada resolusi 10m yang didapatkan dari website ESRI. Setiap tahunnya ESRI menghasilkan peta klasifikasi tanah kemudian dilakukan mask layer untuk mendapatkan peta klasifikasi tanah terbaik.

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Data Jenis Tanah

Peta Jenis Tanah merupakan pengumpulan dan pengelompokkan tanah berdasarkan kesamaan, kemiripan sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia, serta mineralogi. Sehingga nanti kita lebih mudah memahami, mengingat dan mengenal perbedaan jenis tanah antara satu sama lain.

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Weighted Overlay

Metode weighted overlay merupakan analisis spasial dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Salah satu fungsi dari weighted overlay ini adalah untuk menyelesaikan masalah multikriteria seperti pemilihan lokasi optimal atau pemodelan kesesuaian (Adininggar, 2016). Dalam publikasi ini, weighted overlay digunakan untuk pemilihan lokasi yang berpotensi adanya ketersediaan air untuk menunjang pembangunan Ecocity dengan keberlangsungan ketersediaan air. dari pembobotan tersebut, peta yang dihasilkan adalah Peta Potensi ketersediaan air permukaan di wilayah tinjauan. Parameter dan pembobotan yang digunakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 5. Parameter yang akan dilakukan Weighted Overlay atau pembobotan (Sumber: Halder, Saheb & Chaudhari, Rahul & Lal, Dhanesh, 2018)

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Potensi Ketersediaan Air Permukaan di Kota dan Kabupaten Bandung

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Berdasarkan hasil Weighted Overlay didapatkan hasil luas wilayah dan persentase dari Potensi Ketersediaan Air Permukaan sebagai berikut:

Tabel 6. Persentase luas wilayah potensi ketersediaan air permukaan.

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Hasil dari pembobotan menunjukan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten dan Kota Bandung masih berpotensi ketersediaan air permukaa, dilihat dari persentase potensi sedang dan tinggi masih mendominasi. Oleh karena itu, dengan ketersediaan air permukaan yang baik diharapkan mampu untuk dimanfaatkan dalam hal sumber energi, kebutuhan sehari-hari, dan pemanfaatan dibidang perindustrian maupun pertanian. Hal yang menyebabkan ketersediaan air permukaan adalah Kabupaten dan Kota Bandung merupakan DAS dari sungai-sungai besar, yaitu Citarum dan Cikapundung, dan Sub DAS dari sungai-sungai tersebut mampu mengaliri setiap wilayah di Kabupaten dan Kota Bandung. Jika dilihat dari intensitas curah hujan, Kabupaten dan Kota Bandung termasuk kedalam wilayah dengan intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga ketersediaan air permukaan akibat limpasan (runoff) juga semakin meningkat.

Wilayah Berpotensi Tinggi

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Fitur SINI Insight wilayah yang sangat berpotensi dikarenakan kepadatan penduduk di wilayah ini tidak tinggi, dikarenakan jika kepadatan penduduk ini sangat tinggi maka penggunaan air permukaan dan air tanah sangat tinggi sehingga ketersediaan air yang dapat digunakan untuk keperluan lain semakin berkurang. Wilayah dengan potensi sangat tinggi mempunyai jenis tanah yang baik dalam limpasan (runoff) ke sungai, wilayah ini mempunyai jarak yang tidak jauh dengan sungai utama, DAS nya mencakup banyak aliran (densitas DAS tinggi), selain itu kemiringan lereng yang tinggi menyebabkan air dari permukaan masuk sungai lebih cepat sehingga laju infiltrasi yang rendah, dan curah hujan di wilayah ini mempunyai intensitas hujan yang tinggi sehingga presipitasi air lebih besar ke sungai.

Wilayah Berpotensi Sedang

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Wilayah berpotensi sedang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi sehingga membuat ketersediaan air permukaan dan tanah lebih sedikit, jenis tanah yang terdapat pada wilayah ini tidak terlalu baik untuk mengalirkan limpasan hujan ke sungai, kemiringan lereng daerah ini tidak terlalu tinggi sehingga membuat sulitnya aliran dari tanah ke sungai, tingkat drainase dari wilayah ini tidak terlalu tinggi membuat wilayah ini tidak terlalu luas dalam mencakup aliran air, dan jarak dari sungai tidak dekat.

Wilayah Berpotensi Rendah

Potensi Air Permukaan Menunjang Keberlangsungan Ecocity Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Berbasis Sistem Informasi 
Geografis

Wilayah dengan potensi rendah mempunyai kepadatan penduduk yang sangat tinggi sehingga ketersediaan air permukaan dan dan tanah jauh lebih sedikit, banyak lahan terbangun di daerah ini sehingga sulitnya aliran untuk meresap menjadi air tanah, jenis tanah di wilayah ini buruk untuk mengalirkan air ke sungai, tingkat kemiringan lereng di wilayah ini cenderung landai dan datar sehingga membuat air tidak mengalir ke daerah yang lebih rendah, jarak antar sungai ke wilayah ini sangat jauh, sehingga sulitnya potensi air yang akan dimanfaatkan di wilayah ini.

Daftar Pustaka

  1. 1.
    Adininggar, F. W., Suprayogi, A., & Wijaya, A. P. (2016). PEMBUATAN PETA POTENSI LAHAN BERDASARKAN KONDISI FISIK LAHAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED OVERLAY. Jurnal Geodesi UNDIP, 5(2), 136-146.
  1. 2.
    COWI. (2016). WATER IS AT THE CORE OF SUSTAINABLE URBAN DEVELOPMENT. Diakses di https://www.cowi.com/about/news-and-press/water-is-at-the-core-of-sustainable-urban-development. Diakses pada 15 September 2022
  1. 3.
    Ecocity Builders. (2010). What Is An Ecocity?. Diakses di https://ecocitybuilders.org/what-is-an-ecocity/. Diakses pada 15 September 2022
  1. 4.
    Dempsey, Caitlin. (2019). What is GIS?. Diakses di Diakses pada 15 September 2022
  1. 5.
    Sudjatmiko. (1972). Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa, skala 1:100.000. Direktorat Geologi, Bandung.
  1. 6.
    Ekadinata, dkk. (2008). Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam Buku 1: Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan ILWIS Open Source. Bogor: World Agroforestry Centre

Data Publications