Latar Belakang
Kota Magelang, yang memiliki luas wilayah sekitar 18,12 km², termasuk salah satu kota terkecil di Provinsi Jawa Tengah. Meski demikian, kota ini memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Berdasarkan data BPS Jawa Tengah, pada tahun 2024 jumlah penduduk Kota Magelang tercatat sebanyak 122.150 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya mencapai 6.746 jiwa per km² (BPS Jawa Tengah, 2024). Kepadatan yang tinggi ini menimbulkan konsekuensi langsung terhadap timbulan sampah harian yang cukup besar, dengan rata-rata 2,58 liter per orang per hari atau setara dengan 0,304 kg per orang per hari. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi di kota ini, semakin meningkat pula volume sampah yang harus dikelola secara efektif agar tidak menimbulkan masalah lingkungan dan sosial.
Saat ini, pengelolaan sampah di Kota Magelang masih menghadapi sejumlah tantangan serius, khususnya terkait dengan ketersediaan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA Banyuurip, yang terletak di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, merupakan lokasi utama pembuangan sampah bagi Kota Magelang. Hal ini menimbulkan tantangan logistik, biaya angkut tinggi, dan kejenuhan beban terhadap sistem pengelolaan sampah yang ada. Namun, fasilitas ini sudah hampir mencapai kapasitas maksimal dan diperkirakan akan habis masa pakainya pada tahun 2025 (Sari & Rizkita, 2025). Kondisi ini diperparah dengan adanya TPS sementara di berbagai titik, yang jika tidak segera diangkut, dapat menimbulkan masalah bau, pencemaran air tanah, serta potensi konflik sosial di antara warga sekitar.
Menghadapi tantangan tersebut, pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu pendekatan yang tepat dan strategis. Penelitian ini diarahkan menuju sustainable waste management melalui pemanfaatan metode SIG untuk analisis site selection TPA baru di Kota Magelang. Dengan menggunakan pendekatan scoring berbasis POI (Point of Interest) yaitu menggabungkan berbagai data fasilitas publik, kepadatan penduduk, dan infrastruktur diharapkan dapat dihasilkan peta potensi lokasi yang layak dan dapat diterapkan. SIG memungkinkan pemerintah dan perencana kota untuk melakukan analisis spasial berbasis data geospasial guna menentukan lokasi TPA yang optimal, efektif, dan berkelanjutan.
Tujuan
-
1.Menganalisis kondisi eksisting ketersediaan TPA dan sistem pengelolaan sampah di Kota Magelang.
-
2.Mengidentifikasi lokasi potensial untuk pembangunan TPA baru dengan mempertimbangkan aspek teknis, sosial, dan lingkungan dengan pendekatan SIG
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan platform GEOMAPID untuk melakukan analisis potensi lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Magelang. Analisis dilakukan secara spasial menggunakan fitur Site Selection pada GEOMAPID, yang memungkinkan identifikasi area potensial berdasarkan distribusi fasilitas dan parameter pendukung serta penghalang.
Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian mencakup seluruh wilayah administratif Kota Magelang, seluas 18,12 km², yang terbagi menjadi 17 kelurahan. Kota ini memiliki kepadatan penduduk tinggi (6.746 jiwa/km²) dan belum memiliki TPA sendiri, sehingga memerlukan analisis lokasi potensial untuk pengelolaan sampah berkelanjutan. Analisis juga mempertimbangkan jarak aman dari pemukiman, fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, pasar, pusat perbelanjaan, serta lokasi TPS, TPST, dan IPAL yang sudah ada.
Penentuan Parameter dan Scoring
Untuk menilai kelayakan lokasi TPA baru di Kota Magelang, penelitian ini menggunakan pendekatan scoring berbasis Point of Interest (POI). Setiap POI atau fasilitas yang ada di wilayah penelitian diberi skor berdasarkan pengaruhnya terhadap kelayakan lokasi. Parameter yang mendukung lokasi TPA (berbanding lurus) diberikan skor tinggi, sedangkan parameter yang justru mengurangi kelayakan lokasi (berbanding terbalik) juga diberi skor sesuai tingkat risikonya. Skor ini kemudian digunakan untuk menghitung total nilai kelayakan setiap area, sehingga dapat diidentifikasi lokasi potensial TPA yang memenuhi prinsip sustainable waste management.

Analisis dengan Fitur Site Selection di GeoMAPID
Proses Site Selection di platform GEOMAPID akan menghitung skor potensi lokasi TPA dengan menggabungkan nilai tiap parameter POI sesuai skor yang telah ditentukan. Setelah proses selesai, setiap area atau grid akan memperoleh skor komposit yang mencerminkan potensi lokasi sebagai TPA baru. Skor tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu Highly Suitable, Suitable, Moderately Suitable, Unsuitable, dan Highly Unsuitable, menggunakan algoritma GEOMAPID. Klasifikasi ini memberikan gambaran spasial mengenai potensi lokasi untuk pengadaan Tempat Pembuangan Akhir sehingga memudahkan pengambilan keputusan dalam perencanaan pengelolaan sampah berkelanjutan di Kota Magelang.
Pembahasan
Kondisi Eksisting Ketersediaan TPA dan Sistem Pengelolaan Sampah
Berdasarkan data sekunder, Kota Magelang saat ini belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sendiri di wilayah kota. Sampah perkotaan sebagian besar dialihkan ke TPA di Kabupaten Magelang, sehingga menimbulkan tantangan logistik, biaya transportasi tinggi, dan beban berlebih pada sistem pengelolaan sampah eksternal. Fasilitas pengelolaan sampah yang ada di dalam kota, seperti Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan TPS3R, tersebar tidak merata dan belum sepenuhnya mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan. Analisis spasial awal menggunakan SIG menunjukkan bahwa wilayah dengan kepadatan penduduk rendah berpotensi menjadi lokasi yang layak untuk pembangunan TPA baru, karena risiko sosial dan dampak lingkungan yang lebih minimal.
Identifikasi Lokasi Potensial untuk Pembangunan TPA

Berdasarkan peta kepadatan penduduk Kota Magelang, terlihat adanya konsentrasi kepadatan tinggi di wilayah tengah hingga timur kota dengan angka mencapai lebih dari 11.000 jiwa per km², seperti di Rejowinangun Selatan, Rejowinangun Utara, Gelangan, Cacaban dan Tidar Utara. Wilayah-wilayah ini diproyeksikan menjadi penghasil sampah rumah tangga terbesar sehingga membutuhkan sistem pengangkutan dan pengelolaan sampah yang lebih intensif. Wilayah dengan kepadatan rendah di bawah 5.000 jiwa per km² seperti Magersari, Kemirirejo, Jurangombo Selatan, Tidar Selatan, dan Kramat Utara menjadi area yang paling potensial untuk pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun lokasi tersebut tetap harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Kepadatan yang relatif rendah menjadikan risiko sosial dan lingkungan lebih kecil, karena jarak antarpermukiman lebih renggang sehingga dapat meminimalisasi dampak pencemaran udara, bau, maupun resistensi masyarakat. Selain itu, area dengan kepadatan rendah umumnya memiliki ketersediaan lahan yang lebih besar, sehingga memungkinkan perencanaan jangka panjang untuk menampung proyeksi peningkatan volume sampah dari wilayah padat.

Gambar di atas memperlihatkan hasil analisis potensi lokasi pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Magelang, dengan mempertimbangkan parameter berbasis spasial. Faktor yang berbanding terbalik adalah keberadaan sekolah, rumah sakit, pasar, dan pusat perbelanjaan. Semakin dekat ke fasilitas tersebut maka lokasinya semakin tidak potensial karena berisiko sosial dan kesehatan. Sebaliknya, faktor yang berbanding lurus adalah keberadaan infrastruktur persampahan seperti TPS, TPST, IPAL, dan TPS 3R. Semakin dekat maka semakin mendukung pengelolaan sampah terpadu.
Dari analisis ini, diperoleh lima peringkat lokasi potensial TPA yang disajikan pada tabel berikut:

Lokasi di Kramat Utara memperoleh peringkat tertinggi sebagai kandidat potensial TPA karena memenuhi hampir semua kriteria spasial yang ideal. Area ini berada cukup jauh dari fasilitas publik sensitif seperti sekolah, rumah sakit, pasar, dan pusat perbelanjaan, sehingga risiko gangguan kesehatan, pencemaran, dan resistensi sosial dapat diminimalkan. Kramat Utara memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah dibandingkan wilayah tengah dan timur Kota Magelang, menjadikan potensi konflik sosial semakin kecil. Wilayah ini berdekatan dengan infrastruktur pendukung pengelolaan sampah seperti TPS/TPST dan IPAL, yang memungkinkan integrasi operasional lebih efisien serta mengurangi biaya logistik. Selain itu, posisi Kramat Utara di bagian utara kota memberikan aksesibilitas yang baik melalui jaringan jalan utama, sehingga armada pengangkut sampah dapat menjangkau lokasi dengan lancar tanpa harus melewati zona padat permukiman. Kombinasi faktor-faktor ini menjadikan Kramat Utara sangat potensial sebagai lokasi TPA yang berkelanjutan, baik dari aspek teknis maupun sosial-lingkungan.
Kesimpulan
-
1.Kota Magelang belum memiliki TPA sendiri dan fasilitas pengelolaan sampah yang ada tersebar tidak merata, sehingga wilayah dengan kepadatan penduduk rendah menunjukkan potensi sebagai lokasi yang layak untuk pembangunan TPA baru.
-
2.Kelurahan Kramat Utara merupakan lokasi yang paling potensial untuk pembangunan TPA, karena karakteristiknya yang berpenduduk relatif jarang serta letaknya yang jauh dari pusat aktivitas publik sehingga mampu meminimalkan risiko sosial dan lingkungan.
Daftar Pustaka
BPS Jawa Tengah. (2024, May 2). Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Retrieved from Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah: https://jateng.bps.go.id/id/statistics-table/2/NzY2IzI%3D/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-tengah.html?utm_source=chatgpt.com
Sari, R. K., & Rizkita, L. T. (2025). Detail Engineering Design Tempat Pengelolan Sampah Terpadu (TPST) Wilayah Regional Magelang Menggunakan Teknologi Biodrying. Semarang: Undip Eprints.