Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber energi panas bumi, karena berada pada daerah terdepan di zona tektonik aktif. Energi panas bumi adalah energi yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya. Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 40% cadangan panasbumi dunia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki 129 gunungapi yang berpotensi sebagai daerah pengembangan panas bumi. Energi panas bumi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya energi yang ramah lingkungan dan minim polusi karena tingkat emisinya sangat rendah jika dibandingkan dengan energi lain serta merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi keterbatasan energi saat ini yang kebanyakan menggunakan energi tak terbarukan (Maswah, dkk, 2018).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso, Sulawesi (Simandjuntak, Surono dan Supandjono, 1997), daerah Sedoa memiliki stratigrafi yang tersusun oleh batuan metamorf yang berumur lebih tua dari Kapur dari Mendala Geologi Sulawesi Timur dan batuan metamorf berumur Kapur-Eosen dari Mendala Geologi Sulawesi Barat, batuan gunungapi berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir, batuan terobosan granit berumur Pliosen, batuan sedimen dan endapan danau. Struktur yang berkembang di daerah ini bersifat tektonik dengan aktifitas utama berasal dari sesar Palu Koro dan sesar lokal berupa sesar Poso.
Salah satu faktor untuk menentukan prospek panas bumi pada suatu wilayah dengan infomasi manifestasi panas bumi seperti keberadaan air panas atau berupa uap (fumarol) dan geyser. Pada wilayah sekitar lokasi penelitian, terdapat manifestasi permukaan berupa mata air panas yang memiliki suhu 51°C yang bertipe klorida bikarbonat dan perkiraan temperatur fluida bawah permukaan sebesar 110°C (Badan Geologi, 2011).
Berdasarkan informasi tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan melihat prosek area panasbumi tersebut berdasarkan Land Surface Temperature (LST). LST didefinisikan sebagai kondisi suhu bagian terluar dari suatu objek yang ada di permukaan tanah (Insan dan Prasetya, 2021). Peta LST sendiri merupakan peta yang dipengaruhi oleh keseimbangan atmosfer, energi permukaan, sifat thermal permukaan, media bawah permukaan, dan suhu permukaan rata-rata. Parameter densitas terukur, permeabilitas, nilai LST, keberadaan manifestasi kemudian dikombinasikan untuk melihat distribusi atau persebaran area prospek panasbumi.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemetaan distribusi atau persebaran area prospek panasbumi berdasarkan nilai Land Surface Temperature (LST)?Â
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu memetakan distribusi atau persebaran area prospek panasbumi berdasarkan nilai LST yang didapatkan dari data citra Landsat 8 dan data DEMNAS serta didukung oleh data pendukung berupa informasi geologi daerah penelitian, yaitu di Desa Sedoa, Kecamatan Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hasil pemetaan ini kermuadian akan digunakan untuk mengetahui area prospek panasbumi di wilayah tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software ArcMap 10.6.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memetakan distribusi atau persebaran area prospek panasbumi berdasarkan nilai Land Surface Temperature (LST).
Perangkat Penelitian
Adapun perangkat penelitian yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang terlah terpasang beberapa software yang digunakan yaitu ArcMap 10.6. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Citra Satelit Landsat 8 OLI dan TRIS yang diunduh resmi melalui USGS (United States Geological Survey) dan data DEMNAS.
Metode
Adapun bagan alir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Metode yang digunakan untuk mengetahui distribusi area prospek panasbumi pada daerah penelitian yaitu dengan Land Surface Temperature (LST). Perhitungan nilai LST didapatkan berdasarkan beberapa persamaan, yaitu:
Dimana,
Nilai tersebut kemudian digunakan untuk mencari nilai temperature kecerahan satelit dengan menggunakan persamaan:
Dimana,
Penelitian ini dengan menambahkan faktor vegetasi untuk menghitung nilai LST dengan menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk menentukan nilai emissivitasnya dengan menggunakan persamaan berikut:
Dimana,
Dengan persamaan Pv sebagai berikut:
Maka didapatkan persamaan untuk menentukan temperatur pemukaan pada citra (LST) sebagai berikut (Septiangga dan Juniar, 2016):
Dimana,
Hasil dan Pembahasan
Setiap objek di muka bumi memiliki karakteristik yang berbeda dalam memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik, tergantung suhu yang dimilikinya. Oleh karena itu, suhu permukaan tanah yang tinggi dapat dijadikan salah satu parameter penentu potensi panas bumi karena pada umumnya suhu permukaan tanah berasosiasi dengan sumber panas bumi di bawahnya. Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 8 didapatkan nilai Land Surface Temperature (LST) yang terbagi lima kelas dengan rentang nilai yang berbeda-beda. Prioritas I memiliki rentang nilai 23,40838633 - 28,4283065 °C, Prioritas II memiliki rentang nilai 21,35723612 - 23,40838632 °C, Prioritas III memiliki rentang nilai 19,84586228 - 21,35723611 °C dan Prioritas IV memiliki rentang nilai 14,66400909 - 19,84586227 °C.
Prioritas I merupakan klasifikasi dengan potensi terbesar jika dibandingkan dengan klasifikasi lainnya, luas area Prioritas I kurang lebih 1 km persegi.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang berpotensi panas bumi berada pada bagian utara desa Sedoa dengan anomali suhu sebesar 23,40838633 - 28,4283065 °C yang didominasi oleh vegetasi dengan tingkat kehijauan tinggi.
Referensi
Insan, A. F. N. dan Prasetya, F. V. A. S. 2021. Sebaran Land Surface Temperature Dan Indeks Vegetasi Di Wilayah Kota Semarang Pada Bulan Oktober 2019. Samarinda: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Liu et all, 2016. Image Processing and GIS For Remote Sensing. John Wiley & Sons, Ltd.
Septiangga, B. dan Juniar, M. R. 2016. Aplikasi Citra Landsat 8 untuk Penentuan Persebaran Titik Panas Sebagai Indikasi Peningkatan Temperature Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.