Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

21/08/2023 • Naufal Nur Ramadhani

Model Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta


Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta
Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Pendahuluan

Dalam era perkembangan kota yang pesat, mobilitas menjadi faktor penting dalam menjaga kelancaran  aktivitas masyarakat. Kota Surakarta, yang akrab disebut Solo,  merupakan salah satu kota terbesar di Jawa Tengah,  Indonesia yang mengalami pertumbuhan secara signifikan. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi yang pesat, tantangan dalam bidang transportasi semakin meningkat. Pertumbuhan yang terjadi ini tentu berdamapak pada meningkatnya kebutuhan akan transportasi yang efisien, cepat , dan terjangkau. Dalam konteks ini, konsep integrasi moda transportasi menjadi semakin penting guna menjamin kelancaran pergerakan penduduk dan kelancaran aktivitas ekonomi. Transportasi memainkan peran penting dalam pengembangan dan fungsi kota. Integrasi berbagai moda transportasi penting untuk menciptakan sistem transportasi perkotaan yang berkelanjutan dan efisien (Tamin, 2008). Integrasi moda transportasi mengacu pada upaya menyatukan berbagai jenis sarana transportasi, seperti angkutan umum, kereta api, bus, taksi, sepeda, dan lainnya, menjadi sistem yang terintegrasi dan saling mendukung (Sjafruddin, et al 2007).

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat. Kemacetan lalu lintas merupakan permasalahan yang terjadi karena kurangnya sarana dan prasarana transportasi, serta kurang baiknya sistem transportasi. Perlu adanya upaya yang maksimal untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu kebijakan pemerintah adalah penyediaan transportasi massal. Di Surakarta kebijakan transportasi massal telah diterapkan dengan memperkenalkan bus rapid transit yang bisa disebut sebagai Batik Solo Trans (BST). Tujuan utama dari integrasi moda transportasi adalah meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan keterhubungan antar moda transportasi, sehingga mendorong masyarakat untuk beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum yang lebih berkelanjutan. Upaya Mengintegrasikan berbagai moda transportasi yang ada, masyarakat dapat dengan mudah beralih dari satu moda ke moda lainnya, tanpa harus menghadapi hambatan yang berarti. Dengan adanya integrasi yang baik, diharapkan akan tercipta sistem transportasi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Rumusan Masalah

  1. 1.
    Bagaimana distribusi dan aksesibilitas halte Bus Rapid Transit (BST) serta feeder bus di seluruh wilayah Kota Surakarta?
  1. 2.
    Bagaimana integrasi antara sistem transportasi darat (BST dan feeder bus) dengan sistem transportasi kereta api, terminal bus, dan bandara di Kota Surakarta?
  1. 3.
    Apa dampak dari integrasi moda transportasi ini terhadap efisiensi mobilitas penduduk, dan peningkatan kualitas lingkungan di Kota Surakarta?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi halte BST dan feeder bus di seluruh wilayah kota serta menganalisis aksesibilitas publik terhadap halte-halte tersebut. Selain itu, untuk menganalisis sejauh mana integrasi antara sistem transportasi darat seperti BST dan feeder bus dengan sistem transportasi kereta api yang ada di kota, serta bagaimana penggunaan jalur kereta api dapat diintegrasikan dalam perjalanan sehari-hari penduduk. Hal ini guna menganalisis dampak dari integrasi moda transportasi tersebut terhadap efisiensi perjalanan melalui peningkatan aksesibilitas, serta pengurangan dampak lingkungan seperti polusi dan kemacetan.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kota Surakarta, yang juga dikenal sebagai Solo, sebuah kota bersejarah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Dengan luas wilayah sekitar 44,04 kilometer persegi, Surakarta memiliki populasi yang beragam dan dinamis. Lokasi penelitian mencakup seluruh wilayah Kota Surakarta, yang terbagi menjadi beberapa kecamatan. Kecamatan-kecamatan ini mencakup berbagai aspek kehidupan kota, mulai dari pusat bisnis, permukiman penduduk, hingga destinasi pariwisata. Dalam konteks transportasi, lokasi penelitian akan memperhatikan jalur-jalur utama yang menghubungkan wilayah-wilayah ini.

Metode dan Data Penelitian

Penelitian ini mengadopsi pendekatan deskriptif dan analitis dengan menggunakan data sekunder yang tersedia. Metode ini akan didukung oleh analisis spasial dan komparatif untuk menganalisis integrasi moda transportasi di Kota Surakarta.

  1. 1.
    Pengumpulan Data Sekunder: Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber seperti laporan pemerintah, peta kota, dan informasi yang terdokumentasi tentang sistem transportasi, rute, serta lokasi stasiun, terminal, dan bandara.
  1. 2.
    Analisis Distribusi dan Aksesibilitas: Data geospasial tentang lokasi halte BST, feeder teman bus, stasiun kereta api, terminal bus, dan bandara dianalisis secara spasial menggunakan perangkat lunak GIS untuk mengidentifikasi pola distribusi dan aksesibilitas.
  1. 3.
    Pemetaan Rute dan Konektivitas: Rute-rute Batik Solo Trans dan rute feeder teman bus dipetakan menggunakan perangkat lunak GIS untuk memvisualisasikan konektivitas dan titik-titik penting yang dihubungkan oleh rute-rute ini.
  1. 4.
    Studi Integrasi Moda Transportasi: Melalui data sekunder yang ada, dilakukan studi komparatif tentang integrasi moda transportasi darat (BST dan feeder teman bus) dengan sistem transportasi kereta api, serta bagaimana jalur kereta api dimanfaatkan dalam sistem transportasi harian.
  1. 5.
    Analisis Integrasi Moda Transportasi: Menganalisis sejauh mana keselarasan dan sinergi antara berbagai moda transportasi dalam menghubungkan titik-titik penting di Kota Surakarta, tanpa perlu melibatkan analisis dampak dan manfaat yang sudah ada dalam penelitian sebelumnya.

Bahan Penelitian

  1. 1.
    Data Geospasial: Peta kota Surakarta dengan lokasi halte BST, feeder teman bus, rute Batik Solo Trans, stasiun kereta api, terminal bus, dan bandara.
  1. 2.
    Laporan Pemerintah: Laporan terkait transportasi dan perencanaan kota dari instansi pemerintah terkait.
  1. 3.
    Data Kinerja Transportasi: Data waktu perjalanan, frekuensi layanan, kapasitas penumpang, dan kepadatan lalu lintas yang tersedia dalam laporan dan data terdokumentasi.
  1. 4.
    Data Lingkungan: Data tentang polusi udara, emisi kendaraan, dan dampak lingkungan lainnya yang sudah tercatat dalam laporan resmi.

Kerangka Berpikir / Diagram Alir

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan yang telah dilakukan dalam penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Jumlah Halte BST dan Feeder Bus:

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Tahun 2023, terdapat 559 halte BST dan 434 halte Feeder Bus. Angka ini menggambarkan bagaimana lokasi fasilitas-fasilitas ini tersebar di seluruh wilayah kota. Dengan jumlah halte yang signifikan ini, penduduk kota memiliki akses yang lebih baik terhadap transportasi publik. Keberadaan 559 halte BST dan 434 halte Feeder Bus ini memperlihatkan upaya pemerintah dalam menciptakan sistem yang lebih inklusif dan mendukung mobilitas efisien bagi penduduk serta pelaku bisnis di seluruh wilayah Kota Surakarta. Hal ini memberikan gambaran distribusi dan aksesibilitas fasilitas transportasi publik di seluruh kota.

2. Rute Jalan Koridor BST dan Feeder Bus:

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Koridor BST 1 sampai 6 memiliki jalur rute yang terkoneksi dengan titik-titik strategis di seluruh kota. Jalur-jalur ini menghubungkan pusat-pusat kegiatan seperti pusat bisnis, pusat perbelanjaan, dan area pendidikan. Selain itu, rute-rute Feeder Bus 7 hingga 12 juga terlihat, yang dimana secara khusus dirancang untuk menghubungkan daerah perumahan dengan pemberhentian utama seperti stasiun kereta api, terminal bus, dan pusat-pusat transit lainnya. Hal ini menggambarkan bagaimana perencanaan jalur-jalur transportasi tersebut telah memperhitungkan kebutuhan mobilitas harian penduduk dari berbagai wilayah di Kota Surakarta. Dengan koridor BST yang menghubungkan titik-titik penting dan rute Feeder Bus yang mencapai perumahan-perumahan, kota ini telah memperlihatkan upaya untuk memberikan solusi transportasi yang terjangkau dan efisien bagi semua warga kota.

3. Lokasi Bandara, Stasiun, dan Terminal:

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Berdasarkan peta persebaran fasilitas transportasi di Kota Surakarta, bahwa Bandara Internasional Adi Sumarmo berlokasi di Ngemplak Kabupaten Boyolali, yang berada dalam lingkup area transportasi kota. Stasiun kereta api juga memegang peran penting dalam mobilitas kota. Stasiun Balapan dan Stasiun Purwosari terletak di area yang dapat dianggap sebagai pusat kota, menjadikannya pusat lalu lintas kereta api yang strategis dan ramai pengunjung. Selain itu, terminal-terminal bus juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam sistem transportasi kota. Terutama Terminal Tirtonadi, yang berlokasi tidak jauh dari Stasiun Balapan, menjadikannya salah satu terminal paling besar dan banyak digunakan di Kota Surakarta.

4.Peta Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta:

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Peta integrasi moda transportasi di Kota Surakarta adalah gambaran visual yang menggambarkan elemen-elemen penting dalam sistem transportasi kota. Peta ini memperlihatkan lokasi-lokasi strategis seperti halte BST dan Feeder Bus yang tersebar di seluruh kota, rute jalur untuk koridor BST 1-6 dan rute Feeder Bus 7-12 yang menghubungkan titik-titik penting, serta lokasi Bandara Internasional Adi Sumarmo, stasiun kereta api seperti Stasiun Balapan dan Stasiun Purwosari, serta terminal bus utama seperti Terminal Tirtonadi. Jalur rel kereta api juga terlihat melintasi kota, menjadi bagian integral dari sistem transportasi terintegrasi ini. Peta ini memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana berbagai elemen dalam sistem transportasi Kota Surakarta berinteraksi dan berkontribusi dalam membangun mobilitas yang lebih baik di kota ini.

5. Kinerja Transportasi BST dan Feeder di Kota Surakarta

Sistem Bus Rapid Transit (BST) di Surakarta menghadirkan layanan transportasi yang efisien dengan waktu perjalanan yang optimal. Rata-rata waktu perjalanan antarhalte BST berkisar antara 10 hingga 30 menit, memastikan mobilitas yang cepat dan efektif bagi penduduk kota. Dengan frekuensi layanan yang konsisten, BST melayani penumpang setiap hari dari pukul 04.30 pagi hingga 21.00 malam. Jadwal operasional yang luas ini memungkinkan penduduk Surakarta untuk mengakses layanan transportasi yang handal pada berbagai waktu, sehingga mendorong fleksibilitas dan kenyamanan dalam mobilitas harian.

BST juga dirancang untuk menampung kebutuhan penumpang dengan kapasitas penumpang sekitar 30 hingga 35 orang per armada. Dengan kapasitas yang memadai, penumpang dapat menikmati perjalanan yang nyaman dan aman dalam sistem transportasi ini. Keberadaan sistem BST ini tidak hanya memberikan manfaat dalam hal mobilitas yang lebih efisien, tetapi juga memberikan dampak positif pada kepadatan lalu lintas di beberapa titik strategis. Penurunan kepadatan lalu lintas terjadi di sekitar sekolah-sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan, dan pusat perbelanjaan. Ketersediaan alternatif transportasi seperti BST telah mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi di area-area ini, mengurangi kemacetan dan memberikan dampak positif pada kualitas lingkungan serta waktu perjalanan penduduk. Data ini mencerminkan komitmen pemerintah kota dalam menyediakan solusi transportasi yang efisien dan terintegrasi. Waktu perjalanan yang relatif singkat, frekuensi layanan yang teratur, dan kapasitas armada yang memadai semuanya berkontribusi pada pengalaman transportasi yang lebih baik bagi warga Surakarta. Sistem BST ini menjadi salah satu pilar dalam mendukung mobilitas perkotaan yang berkelanjutan, memenuhi kebutuhan penduduk akan aksesibilitas yang lebih baik, dan memberikan solusi transportasi modern bagi kota ini.

6. Kualitas Lingkungan

Transportasi di kota-kota telah lama menjadi penyumbang utama pencemaran udara, dimana sekitar 70% pencemaran udara di kawasan perkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor.

Analisis Integrasi Moda Transportasi di Kota Surakarta

Situasi ini juga tercermin dalam Indeks Kualitas Udara (AQI) yang berada di kisaran 80-an, yang mengindikasikan kategori udara sedang, dan polusi partikel PM 2.5 di Kota Surakarta. Data ini mengacu pada rata-rata bulan Agustus, dimana angka tersebut sebelumnya lebih rendah dan kini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meskipun terdapat upaya dalam bentuk Bus Rapid Transit (BST) dan Feeder yang merupakan moda transportasi publik, tantangan terkait lingkungan ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.

Kendati adanya moda transportasi publik, tantangan besar dalam meredam dampak lingkungan masih muncul. Jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah dari tahun ke tahun serta asap dari pabrik-pabrik industri di sekitar Kota Solo, semuanya berkontribusi terhadap masalah pencemaran udara yang semakin memburuk. Hal ini menunjukkan bahwa solusi terhadap pencemaran udara bukan hanya tentang moda transportasi, melainkan juga melibatkan sektor industri dan kebijakan lingkungan yang lebih komprehensif.

Situasi ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam mengatasi masalah lingkungan. Upaya mengurangi pencemaran udara memerlukan kolaborasi dari berbagai sektor, termasuk transportasi, industri, dan pemerintah. Penerapan solusi yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan dan kendaraan ramah lingkungan, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

Implikasi dan Kesimpulan

Hasil penelitian ini membawa implikasi yang signifikan dalam pengembangan dan peningkatan sistem transportasi di Kota Surakarta. Berdasarkan data yang dianalisis, beberapa implikasi dapat diidentifikasi:

Pertama, keberadaan jumlah halte BST dan Feeder Bus yang signifikan (559 halte BST dan 434 halte Feeder Bus) menunjukkan komitmen pemerintah dalam menyediakan aksesibilitas transportasi publik yang lebih baik. Distribusi yang merata membantu mendukung mobilitas warga dari berbagai area di kota.

Kedua, perencanaan rute jalur BST dan Feeder Bus yang terhubung dengan titik-titik vital kota (seperti pusat bisnis, perbelanjaan, dan pendidikan) serta area perumahan, mencerminkan pemahaman mendalam akan kebutuhan mobilitas harian penduduk. Hal ini mengakui tantangan perjalanan jarak dekat maupun jauh.

Ketiga, lokasi strategis Bandara Internasional Adi Sumarmo, stasiun kereta api, dan terminal bus utama memperkuat konektivitas antarmoda transportasi. Hal ini menghasilkan alternatif mobilitas yang lebih fleksibel bagi warga, serta membantu mengurangi tekanan lalu lintas di pusat-pusat aktivitas.

Keempat, peta integrasi moda transportasi memvisualisasikan elemen-elemen kunci dalam sistem transportasi Kota Surakarta. Integrasi tersebut memfasilitasi mobilitas lintas moda dan memberikan panduan bagi penduduk serta pengunjung kota.

Namun, penelitian ini juga menggarisbawahi tantangan serius terkait kualitas lingkungan, terutama pencemaran udara. Meskipun adanya upaya melalui BST dan Feeder Bus, pertumbuhan kendaraan bermotor dan polusi industri terus mempengaruhi kualitas udara kota. Hal Ini mengingatkan pentingnya pendekatan holistik dalam mengatasi masalah ini, melibatkan transportasi, industri, dan kebijakan lingkungan yang terintegrasi.

Kesimpulan, hasil penelitian ini memperlihatkan langkah positif dalam mengembangkan sistem transportasi terintegrasi di Kota Surakarta. Keberadaan BST dan Feeder Bus, jumlah halte yang cukup, serta rute yang terencana baik, semuanya berkontribusi pada mobilitas yang lebih efisien bagi warga. Namun, tantangan lingkungan dalam bentuk pencemaran udara tetap menjadi fokus penting. Solusi yang komprehensif perlu melibatkan kerjasama lintas sektor untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan.

Daftar Pustaka

Aji Bayu Pranata. et.al. (2021) Keberlanjutan Sosial dan Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Kota Surakarta (Studi Kasus Bus BST Tahun 2021). Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Vol. 23, No. 2, Desember 2021: 150-157 [18 Agustus 2023].

Badan Infromasi Geospasial. (2017) Indonesia Geospatial Portal, [online], dari: https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web [19 Agustus 2023].

Braninda, C, T, P. dan Kristina, S. (2022) Kualitas Pelayanan Transportasi Umum Pada Bus Batik Solo Trans (BST) Kota Surakarta. Jurnal Mahasiswa Wacana Publik Vol. 2, No1, 2022: 55 – 73 [23 Agustus 2023].

Dinas Komunikasi dan Informatika. (2019) Geoportal Provinsi Jawa Tengah, [online], dari: http://geoportal.jatengprov.go.id/ [20 Agustus 2023].

Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta. (2023) DLH Kota Surakarta, [online], dari: https://dlh.surakarta.go.id/ [22 Agustus 2023].

Dinas Perhubungan Kota Surakarta. (2023) Website Resmi Dinas Perhubungan Kota Surakarta. [online], dari: https://dishub.surakarta.go.id [21 Agustus 2023].

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2023) Transportasi Ekonomis Mudah Andal dan Nyaman (TEMAN BUS), [online], dari: https://temanbus.com/ [18 Agustus 2023].

Sjafruddin, Ade, et al. (2007) Model Pemilihan Moda Angkutan Penumpang PesawatTerbang dan Kapal Cepat dengan Data SP (Stated Preference). FTSL-ITB.

Tamin, Ofyar Z. (2008) Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Naufal Nur Ramadhani

Tika Ayu Lestari

Data Publications