Analisis Keterjangkauan Supermarket Skala Besar di Kota Yogyakarta

27 March 2025

By: Diva Amevia Mahendradani

Open Data

SUPERMARKET DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2025.xlsx

Open Data

DEMOGRAFI DI KOTA YOGYAKARTA SEMESTER II TAHUN 2024 IMPORTED AT 20/MAR/2025

Open Project

ANALISIS KETERJANGKAUAN SUPERMARKET SKALA BESAR DI KOTA YOGYAKARTA

Sumber: Kumparan, "4 Supermarket Terlengkap di Jogja dengan Banyak Cabang," 2024

Latar Belakang

Perkembangan perkotaan yang pesat membawa perubahan signifikan dalam pola konsumsi masyarakat, termasuk dalam akses terhadap fasilitas perbelanjaan seperti supermarket. Sebagai salah satu fasilitas utama dalam kehidupan perkotaan, supermarket berperan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahan pokok dan barang konsumsi lainnya. Oleh karena itu, distribusi supermarket yang merata dan mudah dijangkau menjadi aspek krusial dalam perencanaan kota yang berkelanjutan. Pertumbuhan ritel modern di Indonesia terus meningkat dan semakin meluas setiap tahunnya, menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Di Kota Yogyakarta, distribusi supermarket menjadi aspek yang perlu diperhatikan untuk memastikan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan ketersediaan fasilitas perbelanjaan.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi distribusi supermarket adalah kepadatan penduduk. Wilayah dengan jumlah penduduk yang lebih tinggi cenderung membutuhkan lebih banyak fasilitas perbelanjaan agar dapat memenuhi permintaan konsumsi masyarakatnya. Data Demografi Penduduk dari database Mapid menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Salah satu pendekatan dalam menganalisis keterjangkauan supermarket adalah berdasarkan radius. Metode ini mempertimbangkan jarak langsung antara lokasi supermarket dan permukiman penduduk untuk mengetahui sejauh mana fasilitas perbelanjaan dapat dijangkau. Selain faktor jarak, kepadatan penduduk juga menjadi aspek penting dalam analisis keterjangkauan supermarket. Wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi cenderung memiliki kebutuhan lebih besar terhadap supermarket, sehingga distribusi fasilitas ini seharusnya disesuaikan dengan jumlah penduduk di setiap area. Dengan melakukan overlay antara data kepadatan penduduk yang telah diklasifikasikan dan sebaran supermarket, dapat diketahui apakah fasilitas perbelanjaan sudah tersebar secara proporsional atau masih terdapat ketimpangan akses.

Metode lain yang dilakukan untuk memahami keterjangkauan fasilitas perbelanjaan adalah isochrone. Isochrone merupakan metode yang menggambarkan area yang dapat dijangkau dalam waktu tertentu menggunakan moda transportasi tertentu. Memetakan dengan isochrone, dapat diketahui sejauh mana masyarakat dapat mengakses supermarket dalam jangka waktu tertentu, terutama dalam kondisi kemacetan. Analisis ini memberikan gambaran yang lebih realistis mengenai kemudahan akses masyarakat terhadap fasilitas perbelanjaan dan membantu dalam perencanaan distribusi supermarket yang lebih optimal.

Metodologi

Analisis ini menggunakan data demografi Kota Yogyakarta tahun 2024 serta data supermarket tahun 2025 yang diperoleh dari database Mapid. Data supermarket diambil dari database ritel Mapid dan telah disesuaikan agar hanya mencakup supermarket skala besar, yaitu Superindo, Pamella, dan Manna Kampus. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan tiga metode: radius keterjangkauan berdasarkan standar SNI 03-1733-2004.

Gambar 1. Tabel Jenis Sarana Perdagangan dan Niaga

Berdasarkan tabel yang mengacu pada standar SNI 03-1733-2004, supermarket skala besar dapat dikategorikan sebagai Pertokoan atau Pusat Perbelanjaan dan Niaga, tergantung pada luas dan jumlah penduduk yang terlayani.

  • Pertokoan memiliki standar pelayanan untuk 6.000 jiwa, dengan radius pencapaian 2.000 meter (2 km). Oleh karena itu, analisis keterjangkauan supermarket dalam studi ini menggunakan radius 2 km untuk menilai cakupan layanan terhadap penduduk di Kota Yogyakarta.
  • Pusat Perbelanjaan dan Niaga, yang mencakup toko, pasar, bank, dan kantor, memiliki cakupan lebih luas dengan standar untuk 120.000 jiwa dan biasanya terletak di jalan utama.

Dengan menggunakan radius 2 km, analisis ini mengevaluasi apakah supermarket yang ada telah memenuhi standar keterjangkauan bagi masyarakat dalam lingkup kota. Area yang tidak terjangkau dalam radius ini dapat dikategorikan sebagai wilayah dengan akses terbatas terhadap supermarket besar.

Kemudian, untuk keterjangkauan berdasarkan kepadatan penduduk, metode yang dilakukan adalah dengan mengoverlay data kepadatan penduduk yang telah diklasifikasikan ke dalam empat kelas berdasarkan tingkat kepadatannya. Data ini kemudian dibandingkan dengan persebaran supermarket untuk melihat area yang memiliki akses lebih baik terhadap supermarket.

Klasifikasi kepadatan penduduk yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • Merah: Sangat padat
  • Orange: Padat
  • Kuning: Cukup padat
  • Hijau: Kurang padat

Dengan klasifikasi ini, dapat dianalisis bagaimana aksesibilitas supermarket di setiap zona kepadatan, terutama dalam melihat apakah daerah dengan tingkat kepadatan tinggi memiliki keterjangkauan yang memadai terhadap supermarket atau justru masih kurang terlayani. Selain itu, analisis ini juga mempertimbangkan isochrone keterjangkauan dalam kondisi kemacetan dengan waktu tempuh 10 menit berkendara.

Hasil dan Pembahasan

Peta Administrasi Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta terdiri dari 13 kecamatan dan 45 kelurahan yang memiliki karakteristik wilayah yang beragam, baik dari segi kepadatan penduduk, infrastruktur, maupun aksesibilitas terhadap berbagai fasilitas publik, termasuk supermarket skala besar.

Kecamatan di Kota Yogyakarta

Titik Persebaran Supermarket Skala Besar di Kota Yogyakarta

Supermarket yang dianalisis adalah supermarket skala besar, yaitu Superindo, Pamella, dan Manna Kampus. Adapun rincian sebarannya

Kecamatan :

  • Gondokusuman : 2 supermarket
  • Tegalrejo : 1 supermarket
  • Mergangsan : 2 supermarket
  • Umbulharjo : 6 supermarket
  • Kotagede : 1 supermarket
  • Mantrijeron : 1 supermarket
Titik Persebaran Supermarket

Analisis Keterjangkauan Supermarket berdasarkan Radius

Hasil analisis buffer menunjukkan bahwa supermarket skala besar di Kota Yogyakarta telah mencakup sebagian besar wilayah dengan baik. Dengan radius jangkauan 2 km sesuai standar SNI 03-1733-2004, hampir seluruh area dalam kota berada dalam cakupan minimal satu supermarket besar.

Keterjangkauan Supermarket berdasarkan Radius

Wilayah timur dan selatan Kota Yogyakarta memiliki akses lebih baik karena terjangkau oleh lebih dari satu supermarket, memberikan lebih banyak pilihan bagi konsumen. Ketersediaan beberapa supermarket dalam satu area dapat meningkatkan persaingan harga dan kenyamanan berbelanja. Sementara itu, beberapa titik di perbatasan barat dan utara terlihat memiliki keterjangkauan yang lebih rendah dibandingkan dengan area pusat kota, yang berpotensi menyebabkan keterbatasan akses bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Ketimpangan dalam keterjangkauan ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengembang ritel dalam merencanakan ekspansi jaringan supermarket, terutama untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk di daerah yang belum terlayani dengan optimal.

Analisis Keterjangkauan Supermarket berdasarkan Kepadatan Penduduk

Keterjangkauan Supermarket berdasarkan kepadatan penduduk

a. Supermarket Idealnya Dekat ke Area dengan Kepadatan Tinggi (Merah & Oranye)

Wilayah merah & oranye (padat penduduk) adalah area dengan jumlah penduduk terbanyak, berarti kebutuhan buat supermarket lebih tinggi. Dari peta, beberapa area merah masih belum optimal keterjangkauannya, artinya ada potensi wilayah dengan penduduk padat tapi akses supermarket kurang baik.

b. Wilayah Hijau (Kepadatan Rendah) Tidak Butuh Banyak Supermarket

Wilayah hijau (kepadatan rendah) justru punya cakupan supermarket yang lebih luas. Ini berarti supermarket di area ini mungkin tidak seefisien itu karena kebutuhannya lebih kecil.

c. Supermarket di Wilayah Padat = Lebih Optimal

Superindo Sultan Agung, Pamella Supermarket, dan Manna Kampus 2 ada di wilayah merah/oranye. Ini bagus karena mereka berada di area dengan kepadatan tinggi, jadi kemungkinan besar lebih banyak pelanggan. Tapi, ada juga wilayah merah yang supermarketnya lebih jauh, menandakan aksesibilitas kurang baik. Ini bisa jadi peluang buat nambah supermarket baru di area tersebut.

d. Wilayah kuning (kepadatan sedang) bisa jadi pilihan buat ekspansi supermarket. Kalau terlalu dekat ke area hijau, mungkin kebutuhannya kurang besar.

Analisis Keterjangkauan Supermarket berdasarkan Isochrone

1. Superindo Perintis Kemerdekaan

Superindo Perintis Kemerdekaan

Konsumen yang berbelanja di Superindo Perintis Kemerdekaan dengan cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, serta beberapa kecamatan di luar Kota Yogyakarta, khususnya di bagian timur dan selatan. Jangkauan ini menunjukkan bahwa supermarket ini melayani tidak hanya penduduk di sekitar pusat kota, tetapi juga masyarakat yang tinggal di daerah sekitar yang masih berada dalam radius waktu tempuh yang relatif singkat.

2. Pamella Empat

Pamella Empat

Konsumen yang berbelanja di Pamella Empat dengan cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, Mergangsan, dan sedikit Kecamatan Mantrijeron, serta beberapa kecamatan di luar Kota Yogyakarta, khususnya di bagian Selatan.

3. Superindo XT Square

Superindo XT Square

Konsumen yang berbelanja di Superindo XT, dengan cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi lalu lintas padat, umumnya berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, Mergangsan, Mantrijeron, Kraton, Pakualaman, Gondomanan, serta sebagian kecil wilayah di Kecamatan Gondokusuman dan Danurejan. Dibandingkan dengan supermarket sebelumnya, jangkauan Superindo XT lebih terbatas dan tidak terlalu mencakup kecamatan di luar Kota Yogyakarta. Lokasinya yang berada di pusat kota membuat supermarket ini lebih banyak melayani pelanggan dari area perkotaan.

4. Pamella Dua

Pamella Dua

Hal yang sama juga berlaku untuk Pamella 2, di mana jangkauan konsumennya dalam cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi lalu lintas padat hampir sama dengan Superindo XT.

5. Pamella Supermarket

Pamella Supermarket

Konsumen yang berbelanja di Pamella dalam cakupan isochrone 10 menit berkendara saat kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, Mergangsan, Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Danurejan, dan Gondokusuman, serta beberapa kecamatan di luar Kota Yogyakarta, terutama di bagian selatan.

6. Manna Kampus (Mirota Kampus) Menteri Supeno

Manna Kampus Menteri Supeno

Konsumen yang berbelanja di Mirota Menteri Supeno dalam cakupan isochrone 10 menit berkendara saat kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, Mergangsan, Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Danurejan, dan Mantrijeron, serta sebagian kecil dari Kecamatan Ngampilan, Wirobrajan, dan Gondokusuman. Selain itu, beberapa kecamatan di luar Kota Yogyakarta, terutama di bagian selatan, juga masuk dalam jangkauan.

7. Pamella Delapan

Pamella Delapan

Konsumen yang berbelanja di Pamella Delapan dengan cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Kotagede, Umbulharjo, Mergangsan, Pakualaman, dan Mantrijeron, serta sebagian kecil dari Kraton dan Gondomanan. Selain itu, beberapa kecamatan di luar Kota Yogyakarta, terutama di bagian selatan, juga masuk dalam jangkauan.

8. Superindo Parangtritis

Superindo Parangtritis

Konsumen yang berbelanja di Superindo Parangtritis dengan cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi kemacetan dapat berasal dari Kecamatan Mergangsan, Mantrijeron, Kraton, Gondomanan, Pakualaman, dan sebagian Kecamatan Umbulharjo. Selain itu, supermarket ini lebih banyak menjangkau konsumen kecamatan di luar Kota Yogyakarta, terutama di bagian Selatan dan barat daya dibandingkan kecamatan di tengah Kota Yogyakarta.

9. Superindo Sultan Agung

Superindo Sultan Agung

Berdasarkan peta cakupan isochrone 10 menit berkendara dalam kondisi lalu lintas padat, Superindo Sultan Agung memiliki jangkauan yang mencakup beberapa kecamatan di pusat Kota Yogyakarta. Supermarket ini terletak di area yang strategis, memungkinkan akses mudah bagi penduduk di pusat kota. Dibandingkan dengan supermarket lainnya, Superindo Sultan Agung lebih terbatas ke area dalam kota saja dan tidak terlalu menjangkau kecamatan di luar Kota Yogyakarta.

10. Superindo Dongkelan

Superindo Dongkelan

Konsumen Superindo Dongkelan mencakup wilayah Kecamatan Wirobrajan, Ngampilan, Kraton, Gondomanan, Mantrijeron, Mergangsan, serta sebagian kecil area di selatan Kecamatan Umbulharjo. Selain itu, jangkauan supermarket ini juga meluas ke wilayah di luar Kota Yogyakarta, khususnya di bagian barat daya.

11. Superindo Godean

Superindo Godean

Superindo Godean wilayah yang tercakup meliputi Kecamatan Wirobrajan, Ngampilan, Gedongtengen, Tegalrejo, Jetis, serta sebagian kecil area di utara Kecamatan Gondokusuman. Selain itu, jangkauan juga mencakup beberapa wilayah di luar Kota Yogyakarta, khususnya di bagian barat.

12. Manna Kampus (Mirota Kampus 2) Simanjuntak

Manna Kampus Simanjuntak

Isochrone keterjangkauan Manna Kampus Simanjuntak menunjukkan bahwa konsumen yang dapat mencapai supermarket ini dalam waktu 10 menit berkendara saat kondisi kemacetan berasal dari Kecamatan Tegalrejo, Gedongtengen, Jetis, Danurejan, dan Gondokusuman. Area ini berada di bagian utara Kota Yogyakarta dan mencakup wilayah dengan kepadatan penduduk yang bervariasi, dari cukup padat hingga sangat padat.

13. Superindo Urip Sumoharjo

Superindo Urip Sumoharjo

Keterjangkauan Superindo Urip Sumoharjo dianalisis berdasarkan isochrone perjalanan dalam kondisi kemacetan dengan waktu tempuh 10 menit menggunakan kendaraan. Hasil analisis menunjukkan bahwa supermarket ini dapat dijangkau oleh penduduk di Kecamatan Tegalrejo, Jetis, Gedongtengen, Danurejan, Gondokusuman, Pakualaman, serta sebagian kecil Umbulharjo di bagian utara. Selain itu, cakupan layanan juga meluas ke beberapa wilayah di luar Kota Yogyakarta bagian utara.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. 1.
    Distribusi fasilitas perbelanjaan khususnya supermarket skala besar di Kota Yogyakarta ini masih memiliki ketimpangan akses di wilayah bagian barat dan utara sedangkan wilayah timur dan Selatan memiliki akses lebih baik karena tersedia lebih dari satu supermarket.
  1. 2.
    Supermarket sebaiknya berada di area padat penduduk, tapi beberapa wilayah masih kurang terjangkau. Sementara itu, area berpenduduk rendah justru memiliki cakupan lebih luas, yang bisa kurang efisien. Beberapa supermarket sudah berada di lokasi strategis, tetapi masih ada peluang ekspansi di wilayah dengan akses terbatas.
  1. 3.
    Berdasarkan analisis isochrone, wilayah timur dan selatan Kota Yogyakarta memiliki akses supermarket lebih baik karena terjangkau oleh lebih dari satu lokasi. Sementara itu, beberapa area di perbatasan barat dan utara memiliki keterjangkauan lebih rendah, yang berpotensi membatasi akses masyarakat terhadap fasilitas perbelanjaan.
  1. 4.
    Secara keseluruhan, keterjangkauan supermarket di Kota Yogyakarta cukup baik di pusat kota, tetapi masih terdapat ketimpangan akses di beberapa wilayah, terutama di pinggiran kota dan area dengan kemacetan tinggi. Oleh karena itu, perencanaan distribusi supermarket yang lebih merata diperlukan untuk memastikan seluruh penduduk memiliki akses yang optimal terhadap fasilitas perbelanjaan.

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional. (2004). SNI 03-1733-2004: Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Badan Standardisasi Nasional.
Fanataf, P. A., Tilaar, S., & Takumansang, E. D. (2020). Analisis Keterjangkauan Masyarakat Terhadap Pasar Tradisional Di Kota Manado. Spasial, 7(2), 228-239.
Rahmah, I. M., Anggraeni, F. N., & Andita, W. A. N. (2023). Analisis pola sebaran dan keterjangkauan fasilitas kesehatan terhadap pemukiman dengan analisis buffering dan near neighbour analysis di Kecamatan Pulo Gadung. Jurnal Sains Geografi, 1(1), xx–xx. https://doi.org/10.2210/jsg.vx1ix.xxx
Utomo, D. S., & Amin, C. (2021). Pola Sebaran Minimarket Dan Cakupan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Penduduk Di Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta: Dimas Suryo Utomo, Choirul Amin. JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi), 6(2), 134-145.

Data Publications

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Health

02 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 min read

26 view

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Tourism

20 May 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Kawasan Gunung Batur, Bali, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata berbasis ekologi dan edukasi global. Namun, kawasan tersebut tentunya tak lepas dari status rawan bencana letusan gunung berapi akibat status aktif dari Gunung Batur. Oleh karena itu, kajian ini akan menyoroti pengembangan pariwisata kawasan rawan bencana Gunung Batur, Bali dari perspektif perencanaan wilayah.

14 min read

266 view

1 Projects

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Environment

27 May 2025

Weka

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Analisis Kemampuan Lahan berdasarkan Permen PU No. 20/Prt/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

31 min read

142 view

2 Data

1 Projects

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Tourism

09 May 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 min read

474 view

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot