PENDAHULUAN
Usaha rajut di mulai pada tahun 1965. Pada awal tahun 1975, hanya ada tiga perusahaan rajut. Namun, karena permintaan produk rajutan meningkat, banyak masyarakat setempat mulai membuka usaha rajut. Pada akhirnya, jumlah perusahaan rajut di daerah Binong meningkat tiap tahunnya.
Wilayah Kelurahan Binong dikenal dengan industri penghasil rajut terbesar di Kota Bandung yang memproduksi berbagai macam jenis pakaian yang berbahan rajut. Macam-macam produk rajutan yang diproduksi diantaranya Sweater, Jaket, Cardigan, Syal, Baju hangat dll, bahkan Presiden Joko Widodo sendiri pada tahun 2014 mengunjungi daerah Binong untuk melihat potensi wisata dan Presiden Joko Widodo yang meresmikan istilah nama “Kampoeng Rajut” dan memberikan sebuah koperasi kepada Kelurahan Binong sendiri. Kelurahan Binong merupakan wilayah yang hampir setiap rumah memiliki industri rajut tercatat ada lebih dari 400 pengrajin usaha rajut, tetapi yang memiliki pabrik berdasarkan hasil tercatat 165 usaha rajut dan paling besar berada di wilayah RW 04 sebanyak 92 industri. Wilayah Binong sendiri saat ini di jadikan tempat wisata bagi siswa-siswi dari berbagai Kota yang mengunjungi Pabrik Rajutan tapi memang kita harus terus ajak masyarakat untuk mau membuka diri dan mengembangkan pemikirannya supaya daerah Binong ini menjadi desa wisata yang lebih layak.
Secara geografis, Kelurahan Binong terletak di tengah-tengah Kota Bandung provinsi jawa barat, serta berada pada ketinggian antara 682-690 meter di atas permukaan air laut (MDPL) dan di lewati oleh aliran sungai Cikapundung Kolot.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya sebaran industri rajut serta kerawanan bencana di Kelurahan Binong. Metode dalam penelitian ini berupa survey lapangan , dan proses pengolahan data memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan menggunakan metode buffering dan digitasi. Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang dihasilkan akan berguna bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat setempat untuk lebih melestarikan dan memperkenalkan potensi wilayahnya dan mengembangkan daerahnya agar menjadi kampung wisata yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia serta sebagai bentuk antisipasi masyarakat setempat terhadap kerawanan bencana.
METODE
Lokasi penelitian ini berada di daerah Binong Jati, Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Kelurahan Binong terdiri dari 10 RW. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
- Titik sebaran industri rajut yang didapatkan dari hasil geotagging.
- Batas administrasi dari hasil digitasi dan survey lapangan.
- Penggunaan lahan dari hasil digitasi dan survey lapangan.
Setelah semua data dikumpukan dan diolah selanjutnya dilakukan analisis buffering pada sofware ArcGIS dengan radius 10 m, 40 m, 70 m, 100 m.
Gambar 1. Diagram Alir
PEMBAHASAN
Batas Administrasi Kelurahan Binong
Gambar 2. Batas Administrasi RW Kelurahan Binong.
Kelurahan Binong memiliki luas wilayah 57,5 Ha atau 0,575 km2, yang secara administratif terbagi atas 10 RW, dan 72 RT. RW terluas adalah RW 06, dengan luas 14,2 Ha dan RW terkecil adalah wilayah RW 07 dengan luas 1,4 Ha. Berikut merupakan luas wilayah RW Kelurahan Binong:
Penggunaan Lahan Kelurahan Binong
Gambar 3. Penggunaan Lahan Kelurahan Binong
Penggunaan lahan di Kelurahan Binong terdiri dari jalan, sungai Cikapundung Kolot, pemukiman, sawah, vegetasi, dan lapangan, serta didominasi oleh bangunan permukiman, yaitu sebesar 59,54 Ha, sedangkan penggunaan lahan untuk Lapangan mencapai 0,11 Ha. Lahan pertanian antara lain berupa lahan sawah dan Vegetasi. Pada tahun 2024, luasan lahan sawah dan vegetasi Kelurahan Binong masing-masingnya adalah 2,8 Ha dan 1,6 Ha.
Sebaran Industri Rajutan Binong Jati Kelurahan Binong
Gambar 4. Sebaran Industri Rajutan Binong Jati
Sebaran industri Rajutan di Kelurahan Binong hampir tersebar di semua RW, tercatat ada 165 titik usaha rajut ,berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa industri rajut paling banyak berada di RW 04 tercatat ada sebanyak 92 industri rajut yang berada di RW 04, pada saat survey lapangan pun hampir semua rumah di setiap RT nya memiliki usaha rajutan, dan mata pencaharian penduduk setempat rata-rata pengrajin rajut, bahkan banyak masyarakat pendatang dari berbagai kota di Indonesia yang bekerja sebagai pengrajin rajut. Berikut merupakan beberapa dokumentasi yang diambil pada saat survey:
Gambar 5. Pengrajin Rajut
Gambar 6. Produk Rajutan
Analisis Radius Usaha Rajutan
Gambar 7. Radius Sebaran Usaha Rajutan
Hasil buffering diatas berada pada radius 10m, 40 m, 70 m, dan 100 m dengan mempertimbangan dari titik sebaran usaha rajutan yang berada di Kelurahan Binong. Berdasarkan hasil diatas dilihat bahwa dengan radius tersebut sangat terjangkau karena usaha rajut tersebar luas terutama pada daerah utara usaha rajut saling berdekatan antara satu usaha dengan usaha lainnya , menurut saya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan radius keterjangkauan titik usaha sebaran rajut terhadap tempat pembuangan benang. Menurut saya sebagai warga lokal daerah Binong Jati karena tempat pembuangan benang masih di daerah Kelurahan Binong walaupun hanya terdapat kurang dari 5 tempat pembuangan, masih terjangkau dengan radius 10 m pada wilayah RW 03, RW 04, RW 05, dan RW 07, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan opini tersebut.
Kerawanan Bencana Kelurahan Binong
Gambar 8. Kerawanan Bencana Banjir Kelurahan Binong
Berdasarkan hasil analisis pengolahan menggunakan fitur SINI pada GEOMAPID dengan radius 1 km dari titik usaha rajutan didapatkan informasi terdapat kerawanan bencana banjir di Kelurahan Binong dengan 4 klasifikasi yaitu cukup rendah, cukup tinggi, sedang, dan tinggi. Berdasarkan hasil diatas terlihat daerah barat termasuk kedalam klasifikasi cukup tinggi terjadinya banjir karena secara geografis sepanjang lokasi tersebut dialiri oleh sungai Cikapundung Kolot, dan memang secara lapangan menurut saya sebagai warga lokal pada RW 10, RW 08, RW 06, RW 04, dan RW 07 memang sering terjadi banjir khususnya berdampak bagi masyarakat setempat yang bermukim di daerah bantaran sungai, biasanya banjir terjadi pada musim hujan karena air sungai yang meluap.
KESIMPULAN
Kelurahan Binong memiliki luas wilayah 57,5 Ha atau 0,575 km2, yang secara administratif terbagi atas 10 RW dengan penggunaan lahan berupa jalan, sungai, pemukiman, sawah, vegetasi, dan lapangan, serta didominasi oleh bangunan permukiman. Sebaran Usaha Industri Rajutan di Kelurahan Binong terdapat 165 usaha yang berlable toko dan dipasarkan, sisanya tercatat terdapat lebih dari 400 pengrajin rajut yang hanya memproduksi pakaian, tetapi hasil produksinya diberikan kepada pemilik usaha yang mempunyai toko, dengan usaha rajutan terbesar terdapat di RW 04 sebanyak 92 titik usaha. Sedangkan pada hasil Multiple Ring Buffer dihasilkan bahwa titik usaha rajutan sangat terjangkau, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan radius keterjangkauan titik usaha sebaran rajut terhadap tempat pembuangan benang. Kerawanan bencana banjir di Kelurahan Binong termasuk kedalam klasifikasi cukup tinggi karena secara geografis sepanjang lokasi tersebut dialiri oleh sungai Cikapundung Kolot dan terjadi pada wilayah RW 10, RW 08, RW 06, RW 04, dan RW 07 khususnya berdampak bagi masyarakat setempat yang bermukim didaerah bantaran sungai, biasanya banjir terjadi pada musim hujan karena air sungai yang meluap.
DAFTAR PUSTAKA
Fina Marliana Darusman, E. R. (2015). Penyerapan Tenaga Kerja pada Sentra Industri Rajutan Binong Jati. 25-37.
Rosie Oktavia Puspita Rini, R. W. (2022). STRATEGI PEMASARAN INDUSTRI KREATIF SENTRA RAJUTAN BINONG JATI BANDUNG SEBAGAI SALAH SATU TUJUAN WISATA BELANJA. Jurnal Mannner, 1-12.