Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Muja-Muju Berbasis Green Waste

22 Desember 2024

By: Raden Ayu Nasyiah Dinillah Asnawi

PUBLIKASI

Darurat Sampah di Kota Pelajar: Rumah Tangga Jadi Dalang Utama?

Pernahkah Anda berjalan-jalan di sudut Kota Yogyakarta, kota yang dikenal dengan keindahan alam serta budayanya dan menemukan tumpukan sampah yang menggunung? Sayangnya, pemandangan seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah di beberapa titik di kota ini. Limpahan sampah yang terus meningkat tidak hanya merusak estetika kota, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Data terbaru dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) mengungkapkan fakta mengejutkan, Kota Pelajar ini menyumbang rata-rata 270 ton sampah per hari, menempati posisi kedua sebagai penyumbang sampah terbesar di DIY. Angka ini menunjukkan bahwa krisis sampah di Yogyakarta bukanlah sekadar isu kecil, melainkan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Widjaja dan Gunawan (2022) Menyatakan bahwa penyumbang sampah yang cukup signifikan berasal dari sektor rumah tangga, seperti halnya aktivitas sehari hari yang dilakukan seperti mencuci, mandi, dan sampah dari kebutuhan rumah tangga itu sendiri seperti sampah bungkus makanan, sampah botol minuman yang sudah tidak terpakai, dan yang lainnya. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak bijak dalam pengelolaan sampah, tidak memilah sampah dan lebih suka untuk membuang sampah dengan seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya.

Dari Darurat ke Solusi? Mengatasi Sampah Yogyakarta Melalui Konsep Green City!

Untuk menjawab permasalahan ini, penerapan konsep Green City jadi relevan, khusus pada aspek Green Waste. Kota Hijau atau Green city merupakan suatu konsep pembangunan kota yang berpihak pada prinsip pembangunan kota berkelanjutan. Perwujudan konsep kota hijau merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan kota menuju kota yang berkelanjutan dari sisi ekonomi, ekologi, dan sosial–budaya. Panduan Kota Hijau di Indonesia menjelaskan, terdapat delapan indikator dalam mewujudkan Kota Hijau yaitu; 1) Green planning and design, 2) Green open space, 3) Green building, 4) Green waste, 5) Green transportation, 6) Green water, 7) Green energy, 8) Green community. Delapan indikator tersebut, memiliki keterkaitan antar satu sama lain di dalam perwujudan konsep Kota Hijau.

Sebagai salah satu solusi pemecahan permasalahan di perkotaan, khususnya di Kota Yogyakarta, pengembangan konsep Kota Hijau merupakan suatu langkah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan kota demi terwujudnya kehidupan kota yang ekonomis, ekologis, dan kehidupan sosial–budaya yang berkelanjutan. Maka Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan sampah rumah tangga di salah satu kelurahan di Kota Yogyakarta yaitu Kelurahan Muja-Muju berdasakan konsep Green Waste, yang merupakan elemen penting dalam implementasi Program Kota Hijau (Green City), guna mendorong pengelolaan lingkungan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Memilih Metode Analisis yang Tepat

metode

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berdasarkan pada konsep Green Waste yang merupakan elemen dari Green City. Data persebaran bank sampah dan persebaran losida di daerah Kelurahan Muja-Muju diproses dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG), Hasilnya kemudian divisualisasikan pada platform GEO MAPID untuk memudahkan analisis lebih lanjut.

Mengenal Muja-Muju

Ruang lingkup materi ini adalah Kalurahan Muja-Muju yang merupakan salah satu Kalurahan yang berada dalam wilayah administratif Kemantren Umbulharjo Kota Yogyakarta. Kalurahan Muja-Muju mempunyai luas wilayah berkisar 1,53 Km2.

p

Bagaimana Proses Pengelolaan Sampah Di Kalurahan Muja-Muju?

Pengelolaan Sampah Organik

Pemkot Jogja mendorong masyarakat untuk melakukan gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja atau Mbah Dirjo. Gerakan ini menjadi upaya untuk menekan sampah yang diproduksi dari rumah tangga. Salah satu kelurahan yang telah berhasil menerapkan program ini adalah Kelurahan Muja Muju, Umbulharjo. Sampah organik mudah terurai dengan penanganan pengomposan. Salah satu metode pengomposan yang dilakukan di Kelurahan Muja-Muju yaitu program Losida atau Lodong sisa dapur.

Losida merupakan hasil pencanangan Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Sarihusada Generasi mahardika (SGM). Losida menjadi salah satu teknik Mbah Dirjo yang sederhana dan bisa dimanfaatkan masyarakat. Pengomposan ini efektif dilakukan pada skala rumah tangga untuk menaruh atau membuang sisa atau sampah dapur rumah tangga (organik).

losida

Pendistribusian Losida dilakukan pemerintah kelurahan secara bertahap yaitu mulai area terdekat SGM yang disebut ring satu yaitu wilayah RW 08, RW 09 dan RW 10. Selanjutnya direncanakan akan di pasang pada ring dua yaitu wilayah RW 11, RW 7 dan RW 4. Setelah ring satu dan dua selesai, maka selanjutnya akan menyasar di ring tiga yaitu wilayah RW 5, RW 6 dan RW 3. Wilayah di ring empat juga ada yaitu wilayah RW 1 dan RW 2.

l

Gerakan Mbah Dirjo yang dilakukan pemerintah Kelurahan Muja-Muju melalui pendekatan Losida atau Lodong sisa dapur berhasil membuat masyarakat turut berpartisipasi dalam proses Gerakan Losida sehingga permasalahan sampah organik di beberapa Kelurahan Muja-Muju dapat teratasi melalui tingakatan terendah/rumah tangga.

Pengelolaan Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang tidak mudah terurai. salah satu penanganan sampah anorganik yang dilakuakan Kelurahan Muja-Muju adalah dengan menyelenggarakan program Bank Sampah disetiap RW. Di mana Bank Sampah adalah fasilitas untuk mengelola Sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) atau batasi sampah, guna ulang sampah dan daur ulang.

Kelurahan Muja-Muju memiliki 12 RW dan terdapat 15 bank sampah aktif beroperasi yang dikelola oleh masyarakat. Beberapa RW memiliki lebih dari satu bank sampah, sedangkan tiga RW, yaitu RW 4, RW 6 dan RW 9, tidak memiliki bank sampah. Meskipun demikian warga di ketiga RW tersebut tetap berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan melakukan setoran sampah ke bank sampah di RW terdekat. Dengan demikian, seluruh warga wilayah di wilayah ini berkontribusi dalam program pengelolaan bank sampah, meskipun tidak semua RW memiliki fasilitas bank sampah sendiri.

Pihak Kelurahan Muja-Muju sering melakukan monitoring dan laporan setiap bulannya terhadap 15 bank sampah untuk memastikan program bank sampah dijalankan oleh masyarakat. Program pengelolaan sampah di Kelurahan Muja Muju merupakan Program pendampingan PT. Sari Husada Generasi Mahardika (PT. SGM) kepada masyarakat. Adanya sinergi antara pemangku kepentingan di Pemerintah Kelurahan Muja-Muju dan DLH Kota Yogyakarta, dimana PT SGM menunjuk LSM Secerah Harapan Indonesia (Shind) Jogja sebagai mitra pelaksana kegiatan. Bank Sampah di setiap RW mendapat dukungan penuh dan fasilitas. Bank sampah unit Kelurahan Muja-Muju sering diberikan edukasi, informasi, sosialisasi maupun workshop yang dilakukan kepada seluruh nasabah dan pengurus.

Reduce, Reuse, Recycle

Pengelolaan sampah rumah tangga merupakan upaya yang dilakukan agar sampah sisa buangan dapat memiliki nilai ekonomis. Selain memisahkan sampah organik dan anorganik, salah satu cara mengelola sampah rumah tangga dengan menerapkan metode 3R, yakni mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Pengelolaan sampah mempunyai peran dalam mewujudkan keberlanjutan, pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat Kelurahan Muja-Muju bukan hanya memilah sampah organik dan anorganik, tapi masyarakat Kelurahan Muja Muju sudah menerapkan prinsip nol sampah atau Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA). Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA) dilakukan dengan menerapkan metode 3R.

ReduReduce

Prinsip pengelolaan sampah rumah tangga berupa reduce atau mengurangi yakni masyarakat dapat terus berusaha untuk lebih sedikit menghasilkan sampah. Artinya, kegiatan sehari-hari pun harus diperhatikan agar tidak menimbulkan sampah yang berlebihan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Muja Muju terkait mengurangi penggunaan barang yang berpotensi menambah sampah. Contoh penerapan metode reduce yang dilakukan masyarakat Kelurahan Muja-Muju adalah membawa kantong plastik sendiri dari rumah ketika hendak berbelanja. Dengan begitu, ketika pulang, kita tidak menambah volume sampah.

ReusReuse

Prinsip Reuse merupakan prinsip pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara menggunakan kembali suatu produk agar tidak seketika menjadi sampah. Menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan dengan memperpanjang masa pakai barang, maka dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Muja-Muju terkait menggunakan kembali barang yang berpotensi menjadi sampah. Contoh penerapan metode reuse yang dilakukan masyarakat Kelurahan Muja-Muju adalah menggunakan kembali botol dari minuman kemasan menjadi beberapa fungsi, menggunakan kembali plastik bekas belanja dan menggunakan botol sabun terus-menerus untuk mengurangi sampah botol.

RecyRecycle

Recycle merupakan kegiatan mendaur ulang sampah-sampah atau bahan tidak terpakai menjadi bahan lain dengan melalui proses pengolahan. Sampah dikategorikan menjadi sampah organik dan anorganik. Dua jenis sampah ini bisa diolah lagi dengan cara daur ulang alias recycle. Contoh penerapan metode recycle yang dilakukan masyarakat Kelurahan Muja-Muju adalah pembuatan kompos atau pupuk dari Losida, botol bekas dapat digunakan Kembali sebagai tanaman dan sampah minuman kemasan dibuat kerajinan tangan seperti tas dan alas duduk.

1

Mengungkap Persebaran Tiktik Bank Sampah Dan Zona Persebaran Losida

1

,

Saatnya Menarik Garis Akhir

Penelitian ini menunjukkan bahwa Kelurahan Muju-Muju telah berhasil menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis konsep Green Waste, salah satu elemen dari Green City. Muju-Muju secara efektif mengelola sampah rumah tangga sebagai sumber utama sampah, melalui pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan dengan baik. Sampah organik dikelola menggunakan metode LOSIDA untuk pengomposan, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan dan dikelola melalui partisipasi aktif di bank sampah. Upaya ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah dari skala rumah tangga mampu menjadi solusi nyata dalam mengatasi darurat sampah di Yogyakarta, yang menghasilkan 270 ton sampah per hari. Dengan keberhasilannya, Muju-Muju dapat menjadi contoh implementasi konsep Green waste yang mendukung pembangunan kota hijau secara berkelanjutan.

Referensi

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

90 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

295 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

170 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

111 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot