Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti (Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

29/11/2022 • Loren Tri Zahna

Peta Kerawanan Tsunami

Parameter Keterlindungan Pesisir

Parameter Elevasi Daratan

Parameter Jarak dari Sungai

Parameter Jarak dari Garis Pantai

Peta Kerawanan Tsunami


Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)
Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti (Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Abstrak

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Teman - teman tau ngga sih? Melalui Tembang Serat Srinata dari Kisah Babad Tanah Jawi, ternyata kejadian bencana tsunami di Selatan Pulau Jawa telah diprediksi dari masa lampau lho. Tembang Serat Srinata ini menggambarkan kejadian tsunami yang terjadi pada saat itu melalui pilihan kata yang ada di dalam lagu. Lihat saja dari lirik lagu diatas, liriknya sangat identik dengan kesaksian dari korban tsunami besar. Lantas, bagaimana dengan masa kini dan nanti? Berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS), hampir seluruh selatan pesisir Jawa termasuk Selatan Banten diprediksi akan mengalami tsunami besar meskipun belum bisa diprediksi waktu kejadian persisnya. Jadi, untuk mencegah timbulnya kerugian dan korban jiwa yang sangat besar, bagaimana mitigasi yang dapat kita lakukan dalam menyikapi ancaman tsunami yang sulit untuk diprediksi ini? Check this out!

Menelusuri Jejak Tsunami di Tanah Jawa

Dalam Serat Sri Nata yang ditulis pada tahun 1866 Masehi dikisahkan bahwa interpretasi tsunami yang terjadi pada zaman dahulu merupakan akumulasi dari ombak di lautan yang naik bagai setinggi angkasa. Bencana tersebut terjadi diiringi dengan kilat dan halilintar yang bunyi secara bersamaan, dan gemuruh suara yang menakutkan. Kejadian tsunami juga memberikan dampak yang dahsyat mengakibatkan semua ikan dan makhluk laut lainnya banyak yang mati. Bahkan kejadian saat itu digambarkan seperti hari kiamat yang mengerikan.

Tsunami besar yang terjadi di masa lalu rupanya telah dicurigai oleh para ahli. Dua tim peneliti menemukan jejak tsunami yang berulang kali terjadi di masa lalu. Dua deposit tsunami yang ditandai kondisi struktur tanah di pantai Pangandaran, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah yang terjadi tahun 2006 dan 1867 ditemukan oleh tim peneliti gabungan ITB dan BMKG. Selain itu, berdasarkan riset ahli paleotsunami dari LIPI, Eko Yulianto, menemukan jejak tsunami di Pangandaran yang diduga terjadi sekitar 400 tahun lalu. sementara di Lebak, Banten juga ditemukan deposit terduga tsunami yang berumur 331 tahun dan 293 tahun dengan toleransi 24 tahun. Ternyata sudah banyak temuan yang membuktikan bahwa tsunami telah terjadi di masa lampau.

Potensi Kerawanan Tsunami Masa Kini

Berdasarkan penelitian dari (Supendi,. dkk, 2022) yang dituangkan dalam jurnal internasional berjudul “On the potential for megathrust earthquakes and tsunamis of the southern coast of West Java and southeast Sumatra, Indonesiaâ€, wilayah pantai selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera memiliki potensi tsunami yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda. Peristiwa megathrust besar yang terkait dengan proses ini kemungkinan menimbulkan bahaya gempa bumi dan tsunami besar bagi masyarakat sekitar. Hasil penelitian mengungkapkan adanya celah seismik besar di selatan Jawa Barat dan tenggara Sumatera, yang sesuai dengan studi GPS sebelumnya yang menemukan bahwa wilayah tersebut berpotensi menjadi sumber gempa megathrust di masa depan.

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten) Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Berdasarkan bukti historis yang ditemukan dalam Tembang Serat Srinata serta hasil penelitian yang menunjukkan adanya ancaman tsunami di kawasan pesisir selatan Provinsi Banten, kami mencoba melakukan pemodelan simulasi tsunami di kawasan pesisir Provinsi Banten. Pemodelan tsunami dilakukan untuk memprediksi daerah pesisir selatan Provinsi Banten yang berisiko terkena dampak dari bencana tsunami. Simulasi tsunami juga memberikan informasi mengenai tinggi rendahnya tsunami (run up) yang disimulasikan mulai dari titik tertinggi dari garis pantai hingga titik akhir tsunami (ketinggian tsunami = 0). Pemodelan simulasi tsunami ini penting untuk dilakukan karena dapat membantu memberikan informasi prediksi daerah terdampak tsunami berdasarkan pemodelan.

Data yang digunakan dalam pemodelan simulasi tsunami antara lain sebagai berikut :

  • Data Digital Elevation Model (DEM) yang diperoleh dari DEMNAS
  • Data tutupan lahan kawasan pesisir Provinsi Banten tahun 2021 yang diperoleh dari ESRI

Sementara pengolahan dan pemodelan simulasi tsunami menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.8 serta visualisasi dan analisis menggunakan MAPID Editor dan MAPID Viewer. Adapun tahapan dari pemodelan simulasi tsunami adalah membuka perangkat lunak ArcMap. Setelah membuka ArcMap, selanjutnya lakukan input data DEM dan tutupan lahan pesisir Provinsi Banten tahun 2021. Kemudian membuat peta indeks kekasaran permukaan menggunakan peta tutupan lahan dan koefisien kekasaran permukaan (Khomarudin, M. R. 2010). Setelah seluruh data siap, selanjutnya lakukan pemodelan simulasi tsunami menggunakan Tools Raster Calculator di ArcMap. Teknik pemodelan yang digunakan dalam proyek ini adalah pemodelan Hawkey’s Bay yang memiliki persamaan sebagai berikut :

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Keterangan:

HLoss = kehilangan ketinggian gelombang perimeter dari jarak genangan

H = tinggi gelombang dari pantai (10 m )

n = koefisien kekasaran permukaan

S = kelerengan

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Hasil pemodelan tsunami yang dilakukan dengan run up 10 m menunjukkan bahwa inundasi tsunami diprediksi mampu menjangkau daratan pesisir Provinsi Banten hingga sejauh 10 Km. Berdasarkan hasil overlay dengan kondisi existing menggunakan Google Earth, jarak jangkau tsunami yang sangat jauh kemungkinan disebabkan oleh tutupan lahan di kawasan pesisir Provinsi Banten yang sebagian besar berupa lahan terbuka dan pertanian. Tutupan lahan ini memiliki koefisien kekasaran permukaan yang sangat kecil sehingga tidak mampu menahan laju tsunami. Inundasi tsunami juga sangat dipengaruhi oleh elevasi permukaan tanah serta kelerengan di pesisir Provinsi Banten. Daerah pesisir Provinsi Banten memiliki topografi yang landai dengan tingkat kelerengan yang rendah. Kondisi ini tentu tidak dapat mengurangi laju tsunami secara signifikan sehingga potensi dampak yang ditimbulkan akan semakin besar. Adanya temuan potensi tsunami yang sangat besar di Pulau Jawa sangat relevan dengan apa yang telah diceritakan Syair Serat Srinata dalam Babad Tanah Jawi. Hal ini menunjukkan kepada kita semua bahwa sejarah dapat menuntun kita dalam menelusuri jejak kebencanaan serta menjadi sebuah amanat agar selalu berhati – hati terhadap bahaya bencana yang bisa terjadi kapan saja.

Lantas bagaimana cara kita sebagai generasi muda dalam menghadapi hal tersebut?

Untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh bencana tsunami perlu dilakukan langkah mitigasi, dimana hal ini merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam salah satunya yaitu dengan membuat peta wilayah rawan bencana. Publishing ini juga memberikan pemahaman kepada teman-teman bagaimana cara membuat peta kerawanan bencana tsunami.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Metode Weighted Overlay. Metode Weighted Overlay merupakan analisis spasial dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan Geographic Information System (GIS) (Chandra dan Rima, 2013).

Tahap penelitian ini dimulai dengan menyiapkan alat dan data yang dibutuhkan. Alat yang dibutuhkan antara lain :

  • MAPID Editor
  • MAPID Viewer
  • ArcGIS
  • Microsoft Excel

Data yang digunakan antara lain :

  • Peta Kelerengan sumber DEMNAS BIG
  • Peta Elevasi Daratan sumber DEMNAS BIG
  • Peta Ekosistem Pesisir sumber Citra Landsat 8 Tahun 2022
  • Peta Jarak dari Garis Pantai sumber Inageoportal
  • Peta Muara Sungai sumber Inageoportal

Setelah data dikumpulkan, langkah pertama pengolahan data ini yaitu dengan menyamakan sistem proyeksi pada data spasial yang digunakan. Kemudian melakukan perhitungan bobot untuk tiap parameter dan juga pemberian skor untuk tiap kelasnya. Baru setelah itu dilakukan Weighted Overlay pada seluruh parameter dengan hasil pembobotan yang sudah dilakukan. Sehingga menghasilkan peta kerawanan tsunami. Untuk lebih lengkapnya simak diagram alir berikut :

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Lalu, bagaimana hasil dari pemetaan kerawanan tsunami tersebut?

1. Parameter Jarak dari Garis Pantai

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Berdasarkan hasil analisis daerah dengan jarak sejauh <2000 m dari garis pantai dengan simbol berwarna merah di peta dengan luasan 33007,11 Ha memiliki dampak yang paling signifikan dimana pada jarak tersebut merupakan jarak paling rawan atau berbahaya terhadap gelombang. Kemudian, jarak sejauh 2000 - 4000 m dari garis pantai dengan simbol warna oranye di peta dengan luasan 27455,85 Ha memiliki dampak yang signifikan dimana pada jarak tersebut merupakan jarak yang berbahaya terhadap gelombang. Lalu, jarak sejauh 4000 - 6000 m dari garis pantai dengan simbol warna kuning di peta dengan luasan 25965,90 Ha memiliki dampak yang cukup signifikan dimana pada jarak tersebut merupakan zona yang dinilai cukup berbahaya terhadap terpaan gelombang. Sementara, jarak sejauh > 6000 m dari garis pantai dengan simbol warna hijau di peta dengan luasan 303796,97 Ha merupakan jarak yang aman dari terpaan gelombang.

Semakin jauh letak kawasan hunian atau tempat aktivitas masyarakat dari garis pantai maka semakin aman dari terpaan gelombang tsunami (BNPB, 2015).

2. Parameter Jarak dari Sungai

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Berdasarkan hasil analisis daerah dengan jarak dari garis sungai <500 m dengan luasan 52056,62 Ha mengindikasikan bahwa gelombang tsunami yang melewati sungai dapat melaju lebih jauh dan menyebar disekitar sungai, dimana jarak tersebut merupakan jarak paling rawan terendam oleh gelombang tsunami. Daerah dengan jarak dari garis sungai 500 - 750 m dengan luasan 21552,48 Ha menunjukkan bahwa gelombang tsunami yang menyebar melewati sungai energinya berkurang karena terhalang vegetasi di sekitar sungai. Daerah dengan jarak dari garis sungai 750 - 1000 m dengan luasan 20530,56 Ha menunjukkan bahwa gelombang yang menyebar energi berkurang secara signifikan karena terhalang oleh vegetasi dan bangunan. Daerah dengan jarak dari garis sungai >1000 m dengan luasan 296095,55 Ha merupakan jarak yang paling aman dari terpaan gelombang tsunami yang menyebar melalui sungai.

Jarak terdekat garis sungai dengan pantai atau disebut muara sungai membuat gelombang tersebut semakin melesat karena tidak adanya penghalang ketika gelombang tersebut melewatinya, kondisi tersebut akan berbanding terbalik ketika gelombang tsunami menerpa garis sungai yang jaraknya lebih jauh dari pantai karena terdapat penghalang (Tanaka, 2011).

3. Parameter Elevasi Daratan

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Berdasarkan hasil analisis daerah yang memiliki elevasi <4 m dengan luas 3855,90 Ha merupakan zona yang dinilai sangat berbahaya/ paling rawan terendam oleh gelombang tsunami. Daerah yang memiliki elevasi 4 - 8 m dengan luas 18512,99 Ha merupakan zona berbahaya/ rawan terendam oleh gelombang tsunami. Daerah yang memiliki ketinggian 8 - 12 m dengan luas 351656,04 Ha merupakan zona yang cukup berbahaya sebagai daerah yang terdampak akibat gelombang tsunami. Daerah yang memiliki ketinggian >12 m dengan luas 13565,82 Ha merupakan daerah yang dinilai aman dari terpaan gelombang tsunami.

Jika ketinggian tempat pada daratan pesisir lebih tinggi dari ketinggian gelombang tsunami maka kawasan tersebut dapat dikatakan aman dari terpaan gelombang tsunami, sebaliknya jika tinggi gelombang tsunami lebih tinggi dari ketinggian tempat maka daerah tersebut dikatakan rawan terhadap gelombang tsunami (BNPB, 2015).

4. Parameter Keterlindungan Pesisir

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Parameter Keterlindungan Pesisir merupakan hasil analisis NDVI dari citra Landsat 8 guna untuk mengetahui ekosistem apa saa yang ada di sekitar pesisir pantai. Berdasarkan hasil analisis daerah yang memiliki daerah perairan dengan luas 1377,84 Ha memiliki pengaruh yang sangat signifikan. Untuk daerah lahan terbuka dengan luas 15177,73 Ha memiliki pengaruh yang signifikan. Kemudian untuk daerah bangunan dengan luas 2397,756 Ha memiliki pengaruh yang kurang signifikan karena terdapat penghalang yang mampu mengurangi laju tsunami. Lalu, untuk daerah vegetasi dengan luas 358385,60 Ha memiliki pengaruh yang tidak begitu signifikan karena tumbuhan dapat menghambat laju air dan bisa menyerap air.

Semakin banyak vegetasi yang tumbuh di wilayah pesisir maka akan semakin kecil kemungkinan tsunami dapat menjangkau daratan lebih yang lebih jauh, begitu pula sebaliknya (Harada, 2004). 

5. Parameter Kelerengan Daratan dari Garis Pantai 

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Berdasarkan hasil analisis daerah yang memiliki kelerengan 0-8% dengan luas 146599, Ha merupakan zona yang dinilai sangat berbahaya/ paling rawan terendam oleh gelombang tsunami. Daerah yang memiliki elevasi 4 - 8 m dengan luas 18512,99 Ha merupakan zona berbahaya/ rawan terendam oleh gelombang tsunami. Daerah yang memiliki ketinggian 8 - 12 m dengan luas 351656,0 Ha merupakan zona yang cukup berbahaya sebagai daerah yang terdampak akibat gelombang tsunami. Daerah yang memiliki ketinggian >12 m dengan luas 13565,8260821 Ha merupakan daerah yang dinilai aman dari terpaan gelombang tsunami.

Energi pada gelombang tsunami akan menurun secara signifikan setelah gelombang tersebut menerpa lereng bukit terjal yang ada pada daratan, sedangkan daratan yang landai maka gelombang kekuatan atau energi gelombang tsunami tidak akan menurun atau gelombang tersebut akan langsung bebas menuju daratan yang lebih jauh (Rabinovich, 1997).

6. Peta Kerawanan Tsunami

Menelusuri Jejak Sejarah Kebencanaan di Tanah Jawa sebagai
Warisan Ketangguhan Bencana Masa Lalu, Kini, dan Nanti 
(Studi Kasus: Pesisir Provinsi Banten)

Hasil overlay dari pengolahan data tiap parameter adalah peta kerawanan tsunami Pesisir Selatan Banten. Hasil tersebut berdasarkan skoring atau pembobotan berikut :

Kerawanan Tsunami = KD (0,18) + JP (0,23) + ED (0,23) + KP (0,18) + JS (0,18)

Sumber : Hasil generalisasi penyusun, 2022

Keterangan :

KD = Kelerengan Daratan terhadap Garis Pantai

JP = Jarak dari Garis Pantai

ED = Elevasi Daratan

KP = Keterlindungan Pesisir

JS = Jarak dari Sungai

Berdasarkan hasil weighted overlay yang dilakukan, didapat hasil bahwa daerah dengan simbol warna merah dengan luas 5303,79 Ha memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat dari kondisi geografis yang ada di daerah tersebut yang dekat dengan pantai. Daerah dengan simbol warna kuning dengan luas 66171,41 Ha memiliki tingkat kerawanan yang sedang. Sedangkan daerah dengan simbol warna hijau dengan luas 318750,63 Ha memiliki tingkat kerawanan yang rendah. Hal ini sejalan dengan kenampakan asli dari kondisi geografisnya yang jauh dari pantai.

Jadi, apa kesimpulan dari penelitian ini?

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh kelompok kami, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yaitu:

Pemodelan simulasi tsunami digunakan untuk melihat korelasi ketinggian gelombang terhadap jarak yang dapat dijangkau. Sehingga kita dapat memprediksi daerah mana saja yang dapat terdampak oleh gelombang tsunami tersebut. Pemodelan ini dilakukan dengan menggunakan dua parameter yaitu penggunaan lahan dan elevasi daratan. Hasil pemodelan simulasi tsunami menunjukkan bahwa inundasi tsunami diprediksi mampu menjangkau daratan pesisir Provinsi Banten hingga sejauh 10 Km. Faktor penyebab jauhnya jangkauan tsunami disebabkan oleh tutupan lahan di kawasan pesisir Provinsi Banten yang sebagian besar berupa lahan terbuka dan pertanian serta topografi yang landai dengan tingkat kelerengan yang rendah.

Pemetaan kerawanan tsunami dibuat berdasarkan 5 parameter yang mempengaruhi yaitu Kelerengan daratan terhadap garis pantai, Jarak dari garis pantai, Elevasi daratan, Keterlindungan pesisir, dan Jarak dari sungai. Hasil pemetaan kerawanan tsunami pada daerah pesisir Provinsi Banten terdapat 3 kelas klasifikasi kerawanan yaitu Daerah Kurang Rawan, Rawan, dan Sangat Rawan. Daerah kurang rawan mayoritas berada di bagian utara dimana pada jarak lebih dari 6000 m yang mana hal ini sejalan dengan pembobotan dalam proses Weighted Overlay yang menyebutkan parameter jarak dari garis pantai memiliki skor paling tinggi. Sedangkan, daerah sangat rawan berada di bagian selatan dimana jarak kurang dari 2000 m.

Maka dari itu, dengan adanya pemodelan simulasi tsunami dan peta kerawanan tsunami ini, kita dapat mengetahui tingkat kerawanan pada setiap daerah di Provinsi Banten. Sehingga kita dapat meminimalisir dampak dari kejadian bencana ini terutama kepada daerah yang terklasifikasi sangat rawan yaitu seperti dengan pemberian informasi lebih dini kepada masyarakat pesisir, pembuatan posko bencana, pembuatan rute jalur evakuasi, dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka

Chandra, R. K. dan Rima, D. S. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Diakses dari http://ejurnal.its.ac.id

Hestyarini, F. 2019. Tinjau Jejak Tsunami Masa Lampau, Kepala BNPB Kunjungi Pantai Binuangeun. Diakses dari : https://rm.id

Isnin, 2016. Analisis Tingkat Bahaya Tsunami Di Desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Aceh

Khomarudin, M. R. 2010. Tsunami Risk And Vulnerability: Remote Sensing And GIS Approaches For Surface Roughnes Determination, Settlement Mapping And Population Distribution Modelling. Universitat Munchen: Facultat Fur Geowissenschaften der Ludwig.

Pemerintah Kota Aceh,. 2021. Menelusuri Tsunami Aceh 2004. Diakses dari : https://sejarah.dibi.bnpb.go.id

Supendi, dkk. 2022. On the potential for megathrust earthquakes and tsunamis off the southern coast of West Java and southeast Sumatra, Indonesia. Diakses dari https://doi.org/10.1007/s11069-022-05696-y

Yulianto, E. 2016. Tsunami Pernah Berulang di Selatan Jawa. Diakses dari : http://lipi.go.id

Penulis

Loren Tri Zahna, Fadillah Yunialistiyani, Ma'ruf Arief Fadillah

Data Publications