
Pendahuluan
Sejak awal perkembangannya, Kota Depok telah diarahkan sebagai kawasan permukiman yang menopang pertumbuhan metropolitan Jakarta. Terletak di antara DKI Jakarta dan Kota Bogor, wilayah ini berfungsi sebagai zona transisi antara kawasan perkotaan dan perdesaan sejak pertengahan abad ke-20. Pada tahun 1960-an, peran Depok semakin dipertegas melalui konsep dormitory town atau kota hunian, yaitu kawasan yang dirancang untuk menampung masyarakat, khususnya pekerja, yang tidak memiliki akses terhadap hunian di ibu kota (Pramesi, 2020). Selain itu, Kota Depok juga menampung ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila, dll yang menjadikan aktivitas pendidikan sebagai salah satu penggerak utama dinamika kota ini (Suryana, 2020).
Pertumbuhan penduduk, mahasiswa, dan pekerja di Depok mendorong mobilitas harian yang tinggi. Namun, ketersediaan infrastruktur transportasi umum sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan nyata masyarakat. Keterbatasan akses, ketergantungan pada kendaraan pribadi, serta distribusi halte yang belum merata menimbulkan tantangan bagi kelompok dengan intensitas perjalanan tinggi, khususnya mahasiswa dan pekerja. Transportasi umum yang memadai memiliki peran penting dalam mendukung keberlanjutan kota. Oleh karena itu, analisis spasial mengenai keterjangkauan transportasi umum terhadap universitas dan perkantoran di Depok diperlukan untuk menjawab apakah infrastruktur yang ada telah mendukung mobilitas masyarakat.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah sebagai berikut:
-
1.Menganalisis aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok berdasarkan parameter pekerja dan mahasiswa.
-
2.Menyusun rekomendasi berbasis data spasial untuk peningkatan pemerataan layanan transportasi umum yang lebih inklusif dan efisien.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis spasial dengan fitur Site Selection dari platform MAPID untuk mengukur tingkat aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data spasial berupa lokasi transportasi umum, universitas, perkantoran, serta data demografi penduduk berdasarkan kelompok usia produktif.
Pengaturan Parameter dan Pembobotan
-
1.Parameter dimasukkan ke dalam fitur Site Selection sesuai kategori, seperti terlampir pada Tabel 1.
-
2.Penentuan bobot berdasarkan tingkat kepentingan relatif tiap parameter terhadap kebutuhan aksesibilitas mahasiswa dan pekerja.

Proses Site Selection
-
1.Sistem GEO MAPID akan menghitung skor aksesibilitas dengan menggabungkan nilai tiap parameter sesuai bobot yang telah ditentukan.
-
2.Setelah proses selesai, tiap area akan memperoleh skor komposit.
Klasifikasi Skor
-
1.Skor hasil Site Selection dikategorikan ke dalam lima kelas (Highly Suitable, Suitable, Moderately Suitable, Unsuitable, Highly Unsuitable) menggunakan algoritma MAPID.
-
2.Kategori ini memberikan gambaran spasial mengenai tingkat aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok.
Pembahasan
Aksesibilitas Transportasi Umum Kota Depok menggunakan Site Selection
Hasil Site Selection dari aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 1.

Adapun hasil pemeringkatan 10 area terbaik berdasarkan Site Selection dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel ini menggambarkan hexagon dengan skor tertinggi, yang mewakili lokasi dengan aksesibilitas transportasi paling baik di Kota Depok.

Hasil Site Selection pada platform MAPID menunjukkan adanya variasi spasial yang cukup signifikan terkait aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok. Area pusat kota yang meliputi Kecamatan Cimanggis, Pancoran Mas, dan Sukmajaya teridentifikasi sebagai wilayah dengan aksesibilitas tinggi. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan simpul transportasi utama seperti Stasiun Depok, Stasiun UI, Terminal Depok, serta konsentrasi universitas (Universitas Indonesia, Gunadarma) dan perkantoran. Faktor-faktor tersebut menjadikan kawasan ini lebih terlayani oleh berbagai moda transportasi, baik KRL, bus, maupun angkutan kota.
Sebaliknya, wilayah barat (Cinere, Limo, Bojongsari) dan selatan (Sawangan, Cipayung, Tapos) banyak yang masuk kategori tidak sesuai hingga sangat tidak sesuai. Hal ini mengindikasikan keterbatasan jaringan transportasi umum di area tersebut, di mana ketersediaan halte maupun akses langsung ke simpul transportasi massal masih minim. Kondisi ini menegaskan adanya ketimpangan spasial antara pusat kota dengan kawasan pinggiran.
Hal ini menegaskan bahwa area dengan aksesibilitas terbaik sebagian besar hanya berada di wilayah tengah dan utara Depok. Ketimpangan spasial ini berimplikasi pada meningkatnya ketergantungan masyarakat pinggiran terutama wilayah barat dan selatan terhadap kendaraan pribadi, yang pada gilirannya berpotensi memperparah kemacetan serta menurunkan efisiensi mobilitas perkotaan secara keseluruhan.
Rekomendasi wilayah prioritas untuk optimalisasi transportasi umum di Depok
Berdasarkan hasil analisis, terdapat dua kelompok wilayah yang perlu diperhatikan dalam strategi optimalisasi transportasi umum di Kota Depok:
-
1.Wilayah dengan akses tinggi (Highly Suitable–Suitable) Meliputi: Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis. Rekomendasi: optimalisasi difokuskan pada integrasi moda transportasi, misalnya konektivitas antara KRL, bus, dan angkutan pengumpan (feeder). Selain itu, peningkatan kapasitas halte dan terminal diperlukan untuk mengimbangi tingginya volume pengguna, terutama mahasiswa dan pekerja.
-
2.Wilayah dengan akses rendah (Unsuitable–Highly Unsuitable) Meliputi: Kecamatan Cinere, Limo, Bojongsari, Sawangan, Cipayung, dan Tapos. Rekomendasi: prioritas utama diberikan pada perluasan jaringan transportasi umum, seperti penambahan rute angkot atau bus pengumpan, pembangunan halte baru di kawasan permukiman padat, serta integrasi jalur menuju simpul transportasi utama (stasiun KRL dan terminal bus). Upaya ini akan mengurangi kesenjangan spasial sekaligus meningkatkan pemerataan akses bagi masyarakat pinggiran.
Dengan demikian, hasil Site Selection tidak hanya mengungkapkan area dengan akses transportasi terbaik, tetapi juga mengidentifikasi wilayah yang perlu menjadi prioritas intervensi. Optimalisasi layanan transportasi umum di kawasan pinggiran Depok akan sangat penting untuk mendukung mobilitas mahasiswa dan pekerja, serta mendorong terciptanya pemerataan pembangunan perkotaan yang lebih inklusif dan efisien.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
-
1.Aksesibilitas transportasi umum tertinggi berada di wilayah tengah dan utara Depok (Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis) yang dekat dengan universitas, perkantoran, dan simpul transportasi utama. Sementara itu, wilayah pinggiran seperti Cinere, Limo, Bojongsari, Sawangan, Cipayung, dan Tapos masih menunjukkan keterbatasan akses.
-
2.Optimalisasi transportasi umum perlu difokuskan pada dua arah: menjaga integrasi moda di wilayah dengan akses tinggi, serta memperluas jaringan dan menambah rute feeder di wilayah dengan akses rendah agar tercapai pemerataan mobilitas bagi mahasiswa dan pekerja.
Daftar Pustaka
Pramesi, P. N. (2020). Kerja Sama Antar Daerah: Problem Konektivitas Kota Depok Sebagai Penyangga DKI Jakarta Dalam Wilayah Megapolitan Jabodetabek (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Suryana, A., & Penutup, D. I. (2020). Globalisasi, Suburbanisasi Jakarta dan Transformasi Sosial Ekonomi Depok. Universitas Indonesia