Menghadapi Ancaman Sesar Lembang: Analisis Spasial Fasilitas Kesehatan Aman untuk Posko Pengungsian

29 September 2025

By: Fathunajah Elsha Christalianingsih

Open Project

Menghadapi Ancaman Sesar Lembang: Analisis Spasial Fasilitas Kesehatan Aman untuk Posko Pengungsian

Analisis Spasial Fasilitas Kesehatan Aman untuk Posko Pengungsian

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat aktivitas seismik tertinggi di dunia karena berada pada pertemuan tiga lempeng besar: Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Jawa Barat, khususnya wilayah Bandung Raya, memiliki kerentanan tinggi akibat keberadaan Sesar Lembang yang aktif dan kondisi geologi yang rumit. Sejarah mencatat, gempa Sumedang tahun 1972 dengan magnitudo 6,5 pada kedalaman 10 km menimbulkan guncangan signifikan yang dirasakan masyarakat dan menunjukkan bahwa ancaman gempa bumi di wilayah ini sangat nyata (BMKG, 2020).

Sumber gempabumi patahan/sesar (Arsyam, M.,2010)

Dampak gempa bumi pada wilayah padat penduduk dapat sangat merugikan. Selain berpotensi merusak infrastruktur dan menghambat akses transportasi, gempa juga meningkatkan kebutuhan layanan medis darurat. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, maupun klinik memiliki peran ganda, tidak hanya sebagai pusat pelayanan kesehatan tetapi juga sebagai posko pengungsian sementara. Dengan demikian, keberadaan fasilitas kesehatan yang aman dari guncangan gempa dan memiliki aksesibilitas memadai menjadi sangat krusial dalam mendukung upaya tanggap darurat bencana.

Pemetaan zona bahaya gempa bumi menjadi salah satu strategi penting dalam mitigasi bencana. Melalui pendekatan kuantitatif, nilai percepatan tanah (PGA) dan intensitas (MMI) yang dihitung menggunakan metode empiris. Hasil ini divisualisasikan dalam bentuk peta intensitas gempa bumi yang dapat menggambarkan sebaran potensi guncangan di wilayah kajian. Dengan bantuan analisis spasial berbasis WebGIS GeoMapid dapat diidentifikasi faskes yang berada di zona relatif aman dan sesuai sebagai posko evakuasi. Pendekatan ini diharapkan mendukung pemerintah daerah dalam menyusun strategi mitigasi bencana yang lebih terarah (GeoMapid Blog, 2021).

B. Metodologi Penelitian

Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Subang, Sumedang, Purwakarta, Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, dan Cimahi dengan luas lebih dari 7.000 km². Area ini dipilih karena padat penduduk serta berada dekat dengan Sesar Lembang, sesar aktif sepanjang ±29 km dari Gunung Batu Lembang (107.6° BT; -6.84° LS) hingga Jatinangor, Sumedang (107.9° BT; -6.92° LS). Selain itu, penelitian ini mengacu pada data historis gempa Sumedang 1972 (M 6.5, kedalaman 10 km, koordinat 107.80° BT; -6.90° LS) sebagai pembanding.

Wilayah Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data spasial, data seismotektonik, serta perangkat analisis berbasis GIS. Data utama meliputi parameter gempa bumi dari BMKG, jalur sesar dari PVMBG, nilai PGA hasil perhitungan persamaan Inan (1996), serta data Vs30 dari USGS Global Vs30 Map (Allen & Wald, 2009) untuk klasifikasi kelas situs. Selain itu, digunakan data kepadatan penduduk, jaringan jalan, fasilitas kesehatan, serta POI dari WebGIS Geomapid. Analisis spasial dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak GIS, WebGIS, serta pengolah data tabular. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan utama. Tahap pertama adalah menghitung percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) menggunakan rumus empiris dari Inan et al. (1996):

Persamaan PGA

dengan M adalah magnitudo gempa, R adalah jarak ke hiposenter, dan a,b,c merupakan konstanta empiris. Pemilihan persamaan ini merujuk pada hasil penelitian yang membandingkan beberapa model prediksi, di mana disebutkan bahwa persamaan Inan et al. (1996) paling sesuai untuk wilayah Jawa Barat, karena nilai hasil perhitungannya mendekati data pengamatan dari BMKG.

Tahap kedua adalah mengubah nilai PGA (Peak Ground Acceleration) menjadi PGAM (Peak Ground Acceleration Maximum) sesuai SNI 1726:2019. Rumus yang digunakan adalah:

PGAM

dengan FPGA​ adalah faktor tapak yang ditentukan dari kelas situs. Kelas situs diperoleh melalui data Vs30 (kecepatan gelombang geser rata-rata 30 m) dari USGS Global Vs30 Map (Allen & Wald, 2009). Semakin rendah nilai Vs30 (tanah lebih lunak), semakin besar nilai FPGA​, sehingga PGAM lebih tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi tanah lunak akan memperkuat guncangan gempa dibandingkan dengan batuan keras.

Tabel 1. Koefisien Kelas Situs

Koefisien PGA Situs

Tahap ketiga adalah konversi PGAM menjadi intensitas gempa bumi dengan menggunakan persamaan empiris dari Wald et al. (1999). Persamaan ini menghubungkan percepatan tanah dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) yang menggambarkan tingkat guncangan dirasakan oleh manusia serta dampaknya pada bangunan:

Persamaan Intensitas

Tahap keempat adalah analisis spasial. Peta intensitas yang sudah diperoleh kemudian dipadukan dengan data kepadatan penduduk, dan Point of Interest (POI) dari GeoMapid WebGIS. Selain itu, dilakukan pemetaan lokasi fasilitas kesehatan, serta dibuat zona eksklusi 250 meter dari Sesar Lembang sesuai ketentuan mitigasi bencana di Jawa Barat.

Tahap terakhir adalah menentukan fasilitas kesehatan yang memenuhi kriteria: berada di zona dengan intensitas rendah–sedang (MMI ≤ VI), memiliki aksesibilitas yang baik, dan tidak masuk ke zona eksklusi sesar. Fasilitas inilah yang kemudian direkomendasikan sebagai posko pengungsian.

C. Hasil dan Pembahasan

Untuk memahami tingkat kerentanan wilayah terhadap gempabumi dan menentukan lokasi yang aman sebagai posko bencana, dilakukan serangkaian analisis spasial dengan memanfaatkan peta intensitas, metode rekomendasi SINI pada platform GeoMapid, serta data sebaran fasilitas kesehatan. Analisis ini bertujuan mengidentifikasi area yang relatif aman dari bahaya gempabumi dengan mempertimbangkan faktor seismik, kondisi lingkungan, dan ketersediaan infrastruktur kesehatan. Hasil dari tahapan ini kemudian dijadikan dasar dalam menentukan fasilitas kesehatan yang layak dijadikan posko pengungsian maupun posko sementara.

Intensitas Gempabumi

Sebaran Intensitas Gempa Bumi

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran intensitas gempabumi di wilayah kajian berada pada rentang MMI III hingga VIII. Zona dengan intensitas tinggi (MMI VII–VIII) terlihat mendominasi wilayah Kota Bandung, Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, dan Bandung Barat. Zona intensitas menengah (MMI VI) menyebar di sekitar Kabupaten Subang bagian selatan, Purwakarta bagian timur, dan beberapa di Bandung Barat.Sementara itu, zona dengan intensitas rendah (MMI III–V) ditemukan di Kabupaten Subang bagian utara, Purwakarta bagian barat, serta sebagian wilayah selatan yang berbatasan dengan Garut dan Tasikmalaya.

Site Selection

Hasil analisis site selection menggunakan WebGIS GeoMapid dengan parameter kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan, dan jarak dari aliran sungai menunjukkan bahwa lokasi fasilitas kesehatan yang jauh dari sungai lebih layak dijadikan posko. Hal ini karena sungai umumnya membawa endapan sedimen yang dapat memperkuat guncangan gempa, sehingga bangunan di sekitarnya lebih rentan mengalami kerusakan.

Site Selection

Pemilihan tiga POI tersebut memiliki alasan yang jelas. Kepadatan penduduk digunakan untuk memastikan posko berada dekat dengan masyarakat yang paling membutuhkan, sehingga akses evakuasi lebih cepat dan efisien. Fasilitas kesehatan dipilih karena keberadaannya sangat vital dalam penanganan darurat, baik untuk perawatan korban maupun penyediaan logistik medis. Sementara itu, jarak dari aliran sungai dipertimbangkan karena wilayah dekat sungai tidak hanya rawan terhadap amplifikasi guncangan akibat sedimen, tetapi juga berisiko banjir dan likuefaksi pada saat gempa besar. Selain itu, Kota Bandung dan Cimahi tidak dimasukkan dalam analisis lanjutan, karena hampir seluruh wilayahnya berada pada zona merah (intensitas VII–VIII). Hal ini membuat kedua wilayah tersebut berisiko tinggi mengalami kerusakan parah apabila terjadi gempa, sehingga tidak direkomendasikan untuk dijadikan lokasi posko.

Tabel 2. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Area Kajian

Jumlah Fasilitas Kesehatan

Namun, hasil ini masih bersifat awal karena belum mempertimbangkan faktor lain yang lebih kritis, yaitu zona intensitas gempabumi (MMI) dan jarak aman dari sesar aktif. Oleh karena itu, meskipun fasilitas kesehatan yang dipilih memenuhi kriteria kepadatan penduduk dan jauh dari sungai, tetap diperlukan overlay tambahan agar lokasi yang direkomendasikan benar-benar aman dan sesuai standar mitigasi bencana.

Analisis Spasial Fasilitas Kesehatan di Zona Aman

Wilayah penelitian mencakup Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Subang yang memiliki sebaran fasilitas kesehatan cukup merata. Berdasarkan data yang diolah dalam platform WebGIS GeoMapid, jumlah fasilitas kesehatan di wilayah ini mencapai ratusan titik dengan variasi distribusi, mulai dari wilayah perkotaan yang padat seperti Bandung hingga daerah pinggiran yang relatif jarang fasilitas. Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat penting karena selain melayani kebutuhan kesehatan sehari-hari, juga berpotensi dimanfaatkan sebagai posko pengungsian dan posko sementara dalam situasi darurat bencana gempabumi.

Fasilitas Kesehatan di Zona Aman

Gambar di atas menunjukkan titik-titik fasilitas kesehatan yang teridentifikasi sebagai lokasi aman berdasarkan analisis dengan metode SINI pada platform WebGIS GeoMapid. Fasilitas kesehatan ini berada di zona dengan intensitas gempabumi relatif rendah hingga menengah (MMI III–VI), sehingga memiliki risiko kerusakan yang lebih kecil dibandingkan wilayah dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu, titik-titik tersebut dapat direkomendasikan sebagai posko pengungsian maupun posko sementara dalam upaya mitigasi bencana gempabumi.

Tabel 3. Daftar Fasilitas Kesehatan di Zona Aman pada masing-masing Kabupaten/ Kota

Fasilitas Kesehatan di Zona Aman

Keberadaan fasilitas kesehatan pada lokasi aman ini sangat penting karena selain berfungsi sebagai pusat layanan kesehatan, juga dapat menjadi titik konsentrasi distribusi logistik dan koordinasi saat terjadi bencana. Namun, perlu dicatat bahwa pemilihan lokasi ini tetap harus mempertimbangkan aksesibilitas transportasi serta kapasitas fasilitas kesehatan dalam menampung jumlah pengungsi, sehingga penetapan posko benar-benar efektif dan sesuai kebutuhan di lapangan.

D. Kesimpulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah penelitian memiliki tingkat kerentanan berbeda terhadap gempabumi, Kota Bandung dan Cimahi berada pada zona intensitas tinggi (VII–VIII MMI) sehingga tidak direkomendasikan sebagai lokasi posko. Sedangkan pada Kabupaten Purwarta Keseluruhan wilayah berada pada zona menengah-rendah (III-VI). Melalui metode SINI pada platform GeoMapid dengan mempertimbangkan kepadatan penduduk, jarak dari sungai, serta sebaran fasilitas kesehatan, diperoleh area rekomendasi yang lebih aman. Identifikasi lebih lanjut memperlihatkan bahwa beberapa fasilitas kesehatan berada di zona intensitas rendah hingga menengah dan jauh dari sesar aktif, sehingga dapat dijadikan posko pengungsian maupun posko sementara. Dengan demikian, integrasi data intensitas gempabumi, kondisi lingkungan, dan infrastruktur kesehatan mampu mendukung penentuan lokasi posko yang lebih aman dan strategis dalam upaya mitigasi bencana.

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional. (2019). SNI 1726:2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Jakarta: BSN.

BMKG. (2023). Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Diakses dari https://www.bmkg.go.id

Inan, M. (2018). Development of ground motion prediction equation for peak ground acceleration in Indonesia based on recent strong-motion data. Bulletin of Earthquake Engineering, 16(12), 5815–5846. https://doi.org/10.1007/s10518-018-0422-0

USGS. (2023). Global Vs30 Map Database. United States Geological Survey. Diakses dari https://earthquake.usgs.gov/data/vs30/

Wald, D. J., Quitoriano, V., Heaton, T. H., & Kanamori, H. (1999). Relationships between peak ground acceleration, peak ground velocity, and Modified Mercalli Intensity in California. Earthquake Spectra, 15(3), 557–564. https://doi.org/10.1193/1.1586058

GeoMapid. (2023). Analisis spasial berbasis SINI untuk mitigasi bencana. Diakses dari https://blog.geomapid.com

Data Publikasi

Analisis Keterjangkauan dan Penentuan Lokasi Taman Publik di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan

Perencanaan Kota

29 Sep 2025

Muhammad Yaslam Wafi

Analisis Keterjangkauan dan Penentuan Lokasi Taman Publik di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan

Publikasi ini menganalisis keterjangkauan taman publik eksisting di Kecamatan Serpong dan penentuan lokasi baru untuk area yang belum tercakupi

10 menit baca

36 dilihat

2 Data

1 Proyek

Menuju Sustainable Waste Management: Analisis Potensi Lokasi untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Magelang Berbasis Sistem Informasi Geografis

Lingkungan

28 Sep 2025

Amelia Rizky Puspitasari MAPID TEAM

Menuju Sustainable Waste Management: Analisis Potensi Lokasi untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Magelang Berbasis Sistem Informasi Geografis

Solusi pemilihan lokasi TPA baru menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan berbasis spasial

10 menit baca

78 dilihat

1 Proyek

Analisis Potensi Bisnis dan Lokasi Pengembangan Pusat Kebugaran di Kota Tangerang Selatan

Sosial

28 Sep 2025

Alfandy Rafliansyah Subingat

Analisis Potensi Bisnis dan Lokasi Pengembangan Pusat Kebugaran di Kota Tangerang Selatan

Publikasi ini membahas analisis potensi dan lokasi pengembangan industri kebugaran di Kota Tangerang Selatan, seiring dengan meningkatnya tren gaya hidup sehat di masyarakat perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran pusat kebugaran eksisting, menganalisis faktor-faktor lokasi yang berpengaruh, serta mengidentifikasi calon lokasi strategis untuk pengembangan bisnis pusat kebugaran.

11 menit baca

50 dilihat

1 Proyek

Depok sebagai Dormitory Town: Analisis Spasial Aksesibilitas Transportasi Umum bagi Mahasiswa dan Pekerja

Transportasi

28 Sep 2025

Lossa Chaniago MAPID Team

Depok sebagai Dormitory Town: Analisis Spasial Aksesibilitas Transportasi Umum bagi Mahasiswa dan Pekerja

Artikel ini membahas analisis spasial aksesibilitas transportasi umum di Kota Depok dengan fokus pada universitas dan kawasan perkantoran sebagai pusat mobilitas mahasiswa dan pekerja. Pertumbuhan penduduk dan aktivitas harian di Depok menuntut layanan transportasi yang memadai, namun distribusinya masih belum merata. Melalui pemanfaatan fitur Site Selection pada platform MAPID, penelitian ini mengidentifikasi wilayah dengan akses tinggi maupun rendah, sekaligus memberikan rekomendasi prioritas penguatan transportasi umum untuk mendukung mobilitas yang lebih inklusif dan efisien.

9 menit baca

111 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat