Transformasi Kawasan Masa Depan : Optimalisasi Lahan dan Aksesibilitas berbasis Transit Oriented Development LRT Jakarta

22/12/2024 • Rio Putra Permana Waskita

Publikasi final project


Transit Oriented Development
Transit Oriented Development

Transit Oriented Development

Pendahuluan

Polusi udara di Jakarta, didorong oleh tingginya penggunaan kendaraan pribadi, telah mencapai tingkat kritis, menuntut solusi berkelanjutan yang nyata. Salah satu langkah strategis adalah pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di sekitar Stasiun LRT Velodrome-Manggarai, yang berpotensi mengalihkan pola mobilitas masyarakat menuju transportasi umum.

Penelitian ini mengeksplorasi potensi lahan dan aksesibilitas kawasan dengan pendekatan buffer sejauh 500 meter dari stasiun, merujuk pada Rencana Dasar Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta. Analisis jaringan juga digunakan untuk mengukur konektivitas pejalan kaki ke moda transportasi lainnya. Hasil studi ini memberikan rekomendasi yang tidak hanya mendorong efisiensi tata kota, tetapi juga mendukung pengembangan kawasan TOD yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi masa depan mobilitas Jakarta.

Metodologi

diagram alir

Penelitian ini menggunakan zona buffer 500 meter di sekitar pusat transportasi untuk menganalisis penggunaan lahan, dengan fokus pada lahan kosong dan area pemukiman. Lahan kosong diidentifikasi sebagai potensi utama pengembangan, sementara area pemukiman cenderung kurang fleksibel untuk diubah menjadi kawasan campuran. Semakin besar proporsi lahan kosong dan penggunaan campuran di zona buffer, semakin strategis kawasan tersebut untuk pengembangan TOD.

Analisis aksesibilitas dilakukan menggunakan plugin ORS Tools pada QGIS, memanfaatkan konsep network analysis untuk memetakan waktu tempuh pejalan kaki dari stasiun transit ke transportasi umum terdekat. Isochrones analysis digunakan untuk menilai cakupan akses 5 menit berjalan kaki, mengidentifikasi fasilitas yang mudah dijangkau di sekitar stasiun. Metode ini memberikan wawasan strategis untuk mengoptimalkan pengembangan kawasan berbasis TOD.

Hasil dan Pembahasan

Optimalisasi Lahan

Pola Penggunaan Lahan

Bagan menunjukkan bahwa kelima hub transit memiliki pola penggunaan lahan serupa, dengan dominasi area pemukiman sekitar 40% dari total zona penyangga. Meskipun masih berpotensi untuk pengembangan, tantangan utamanya adalah minimnya lahan kosong yang tersedia, kurang dari 5 hektar. Hal ini membuat kawasan tersebut bukan prioritas utama untuk pengembangan lahan komersial.

Lahan Kosong

Namun, beberapa stasiun seperti Pasar Pramuka, Rawamangun, dan Manggarai memiliki lahan komersial cukup luas yang dapat dioptimalkan. Sementara itu, Stasiun Pasar Pramuka BPKP dan Matraman, meskipun minim lahan komersial, telah didukung penggunaan lahan campuran lainnya, sehingga pengembangan dapat difokuskan pada lahan kosong yang tersedia. Identifikasi dan perencanaan lahan kosong dapat dilakukan melalui Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta untuk mendukung pengembangan area komersial baru.

Aksesibilitas Stasiun

Analisis jaringan dilakukan untuk menilai integrasi transportasi di sekitar Stasiun LRT Jakarta Phase 1B. Dengan analisis aksesibilitas dan isochrones, waktu perjalanan pejalan kaki dari stasiun ke halte atau terminal terdekat, serta cakupan wilayah 5 menit berjalan kaki, diidentifikasi menggunakan plugin ORS Tools.

  • Stasiun Rawamangun: Halte Sunan Giri (1 menit 26 detik) dan Halte UNJ (5 menit 24 detik) dapat diakses dengan mudah. Kawasan ini memiliki fasilitas beragam dalam radius 5 menit, seperti kesehatan, pendidikan, dan agama. Meski aksesibilitas sudah baik, pengembangan moda transportasi alternatif dan pemanfaatan lahan kosong masih diperlukan.
  • Stasiun BPKP: Halte Pemuda Pramuka (4 menit 19 detik) hingga Halte Pramuka LIA (8 menit 27 detik) tersedia, tetapi aksesibilitas terbatas karena dominasi lahan pemerintahan. Pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan variasi fasilitas dan moda transportasi.
  • Stasiun Pasar Pramuka: Halte Pasar Genjing (6 menit 14 detik) dan Stasiun Kramatjati (10 menit 51 detik) melayani area ini, tetapi jumlah akses masih minim. Penambahan halte atau stasiun diperlukan untuk mendukung fasilitas seperti kesehatan, akomodasi, dan hiburan yang sudah cukup beragam.
  • Stasiun Matraman: Belum ada moda transportasi pendukung. Dengan dominasi fasilitas pendidikan dan lahan terbatas, diperlukan perencanaan matang untuk mengembangkan kawasan ini sesuai konsep TOD.
  • Stasiun Manggarai: Halte Manggarai (3 menit 36 detik) dan Terminal Manggarai (2 menit 42 detik) menunjukkan aksesibilitas baik. Fasilitas seperti kesehatan, agama, komersial, dan budaya tersedia dalam radius 5 menit. Namun, penambahan moda transportasi masih diperlukan untuk meningkatkan konektivitas.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Untuk mengoptimalkan potensi pengembangan lahan di sekitar Stasiun LRT Jakarta Phase 1B dalam konteks Transit-Oriented Development (TOD), perlu dilakukan peningkatan infrastruktur transportasi, terutama di stasiun dengan aksesibilitas rendah seperti Pramuka BPKP dan Matraman, melalui penambahan jalur angkutan umum dan penyediaan layanan transportasi berbasis aplikasi. Selain itu, pengembangan fasilitas pendukung seperti pusat perbelanjaan, ruang publik, dan fasilitas parkir yang memadai akan mendorong aktivitas ekonomi dan memudahkan perpindahan moda transportasi. Kebijakan zonasi yang lebih fleksibel dan insentif bagi pengembang untuk proyek campuran juga penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Program edukasi masyarakat mengenai manfaat transportasi umum dan partisipasi dalam perencanaan akan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan warga. Terakhir, sistem monitoring dan pengumpulan umpan balik dari pengguna akan memastikan pengembangan yang berkelanjutan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengembangan lahan di sekitar stasiun dapat memberikan manfaat maksimal dan meningkatkan kualitas hidup di kawasan tersebut.

Referensi

Ahmed. (2017). GIS-based network analysis for the roads network of the Greater Cairo area. CEUR Workshop Proceedings, 2144.

Colaco, R. (2023). Commercial land use change and growth processes – An assessment of retail location in Lisbon, Portugal, 1995–2020. Journal Of Urban Management, 1-14.

Janatra, A. (2022). Potensi Penerapan Transit Oriented Development di Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyungan. Jurnal Perencanaan Wilayah, 87-87.

Jaržemskis, A. (2023). QUALITY OF LIFE DEPENDENCE ON PUBLIC TRANSPORT ACCESSIBILITY. A Journal of Economic and Social Research, 47-59.

Mapid. (2023, July 2023). Mengidentifikasi lokasi baru yang potensial untuk pembangunan lahan komersial di sekitar halte atau stasiun guna mendukung Transit Oriented Development (TOD) di Jakarta. Retrieved from Geomapid: https://mapid.co.id/blog/mengidentifikasi-lokasi-baru-yang-potensial-untuk-pembangunan-lahan-komersial-di-sekitar-halte-atau-stasiun-guna-mendukung-transit-oriented-development-(tod)-di-jakarta

Data Publications